Jayapura, Jubi – Kasus kebakaran cenderung meningkat di Kota Jayapura. Berdasarkan Data Bidang Kebakaran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Jayapura, terjadi 93 kali kebakaran pada 2023 di ibu kota Papua tersebut. Kasus itu meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang sebanyak 66 kebakaran.
Adapun pada tahun ini tercatat sebanyak 11 kali kebakaran di Kota Jayapura. Salah satunya ialah kebakaran yang menghanguskan 20 lapak penjualan pakaian eks impor atau cakar bongkar di Pasar Youtefa pada Januari lalu.
“Lapak saya terbakar pada pukul 07.00 Waktu Papua. Pemadaman kebakaran langsung datang setelah menerima laporan [warga]. Petugas sempat kerepotan karena banyak warga menyaksikan kebakaran,” kata Andi Syahril, salah seorang pemilik lapak yang terbakar di Pasar Youtefa, Senin (6/5/2024).
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Kota Jayapura Margaretha Veronika Kirana mengatakan ada lima mobil pemadam yang selalu bersiaga untuk mengatasi kebakaran di Kota Jayapura. Armada itu diperkuat dengan 65 personel.
“Kami juga memiliki hidran di lima distrik dan semuanya berfungsi [dengan baik]. Kendala kami [saat memadamkan kebakaran ialah] jalannya sempit [di lokasi kebakaran] dan banyaknya warga menyaksikan kebakaran,” kata Veronika.
Menurutnya, mereka berencana menambah satu mobil pemadam kebakaran di Kota Jayapura. Mobil itu untuk melayani wilayah Distrik Muara Tami.
Mitigasi kebakaran
Bidang Pemadam Kebakaran Kota Jayapura tidak semata melayani pemadaman kebakaran. Mereka juga melakukan berbagai mitigasi untuk meminimalisasi kebakaran.
“Upaya pencegahannya, seperti pemeriksaan sistem proteksi terhadap kebakaran di hotel, sekolah, rumah sakit, dan perkantoran. Mereka [pengelola gedung] harus menyediakan fire alarm [alarm kebakaran],” kata Veronika.
Menurutnya, pengelola gedung semestinya juga menyediakan alat pemadam api ringan, hidran, detektor kebakaran, dan alat bantu evakuasi. Selain itu, pemilik gedung ataupun rumah mesti rutin mengecek kondisi instalasi listrik mereka.
“Kami juga telah menggelar serangkaian pertemuan terkait penyusunan peraturan daerah tentang pencegahan kebakaran. Selain itu, melakukan sosialisasi, dan simulasi mitigasi [kebakaran] di sekolah-sekolah,” kata Veronika.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura Asep Khalid mengatakan penanggulangan kebakaran membutuhkan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan. Dengan demikian, penanganannya bisa lebih cepat, tepat, dan tuntas.
“Maraknya kebakaran menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Jayapura, masyarakat, dan stakeholder lain. Butuh kepedulian bersama untuk meminimalisasi korban jiwa dan harta benda,” kata Asep.
Karena itu, mitigasi menjadi hal penting untuk memetakan risiko, penyadaran akan risiko, dan perencanaan penanggulangan kebakaran. Strategi tersebut juga berlaku untuk setiap penanggulangan bencana.
“Mitigasi bencana tersebut, seperti membuat peta wilayah rawan, dan bangunan tahan gempa. [Kemudian,] penanaman pohon bakau [mangrove], penghijauan hutan, dan penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana,” kata Asep.
Khusus dalam penanganan kebakaran, menurutnya juga perlu meminimalisasi kemungkinan dampak buruknya. Upaya mitigasi tersebut, di antaranya penghuni harus bergerak dengan posisi badan merunduk sewaktu menyelamatkan diri dari kebakaran. Mereka juga mesti segera meninggalkan rumah dan memanggil pemadam kebakaran. (*)
Discussion about this post