Jayapura, Jubi- Mantan Perdana Menteri Papua New Guinea atau PNG, Peter O’Neill telah mendesak pemerintah pimpinan PM James Marape untuk memprioritaskan pengobatan dasar sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri.
“Anggota Parlemen dari Lalibu Pangia Peter O’Neill sangat marah dengan banyak laporan yang datang kepadanya tentang kurangnya obat-obatan dasar dan pasokan kesehatan di seluruh negeri,”demikian dikutip jubi.id dari thenational.com, Senin (11/9/2023).
Dia mengatakan, sekitar K10 juta (1 Kina= Rp 4500,-) telah terbuang dalam seminggu terakhir untuk perjalanan mahal ke luar negeri, namun rumah sakit dan pusat kesehatan kekurangan obat-obatan dasar.
“Negara Kristen macam apa kita ini” jika kepala pemerintah kita mengabaikan permintaan masyarakat untuk mendapatkan obat-obatan dasar dan sebaliknya, mengalihkan perhatiannya untuk 102 orang rombongannya mendapat perawatan yang baik selama perjalanan mereka keliling dunia,”kata O’Neill dalam sebuah pernyataannya.
“Tidak ada yang lebih buruk dari kemunafikan.Mengatakan satu hal, berpura-pura peduli, lalu pada napas berikutnya melakukan hal sebaliknya,”kata O’Neill.
“ K8 juta hanya untuk perjalanan ke Israel akan lebih baik dihabiskan untuk membeli obat Panadol guna menyelamatkan bayi kita dari kematian karena demam.Dia mengatakan pemerintah membawa kita semua untuk ikut serta,”kata O’Neill kesal.
“Dia benar-benar siap membiarkan rakyatnya mati karena kekurangan obat-obatan dasar dan tetap hidup bersama teman temannya. Ini sangat memalukan,”kata O’Neill.
“Dokter dan perawat berada pada titik puncaknya karena permohonan mereka untuk mendapatkan obat-obatan yang bisa menyelamatkan nyawa diabaikan pemerintah,”katanya.
Wakil pemimpin oposisi di Parlemen Nasional PNG di Port Moresby, Douglas Tomuriesa sangat setuju dengan pendapat mantan PM Papua Nugini, Peter O’Neill. “Sementara Perdana Menteri James Marape dan lebih dari 100 timnya berada di dunia untuk menjual oroduk yang disebut Sugar (gula) PNG, bisakah PM secara serius mempertimbangkan untuk segera kembali mengambil alih pemerintahannya?,”kata Tomuriesa.
Ia mengatakan harga bahan bakar minyak di PNG kembali meroket menjadi K4,60 per liter dari K 3,80 Kina.(1 Kina setara dengan Rp 4500,-) pada dua bulan lalu. “Kekurangan obat di seluruh rumah sakit tidak hanya mengkhawatirkan pasien tetapi juga seluruh petugas kesehatan,”tambahnya. “Hukum dan ketertiban kini sudah tidak terkendali sehingga negara ini sendiri memerlukan pos pengawasan polisi di setiap kampung,”katanya.(*)