Jayapura, Jubi – Pekan Olahraga Nasional atau PON XXI hanya tinggal 144 hari, sementara dukungan dari Pemerintah Papua belum kunjung tiba. Akibatnya, program latihan yang sudah dicanangkan oleh semua cabang olahraga jadi terbengkalai.
Kegelisahan masih membalut cabang-cabang olahraga (cabor) dan juga atlet Papua. Sampai saat ini mereka masih menanti nasib sembari menghitung hari menuju pelaksanaan PON XXI di Aceh – Sumatera Utara.
Cabor dayung, binaraga, woodball, dan muaythai sudah angkat bicara, mereka juga kecewa dengan keterlambatan dukungan kepada para atlet yang hanya punya waktu tak kurang dari empat bulan menuju PON.
Situasi itu juga dialami oleh cabor lapangan hijau, tim sepak bola Papua sebagai juara bertahan di ajang PON. Keterlambatan dukungan membuat program yang sudah dicanangkan menjadi berantakan.
Tim sepak bola putri Papua merasa terganggu dengan situasi itu karena berdampak pada program yang sudah mereka canangkan.
“Sangat terganggu sekali dengan persiapan.
Kita belum tahu apa kendalanya. Tapi kalau untuk persiapan tim, itu hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Persiapan itu penting,” kata pelatih tim sepak bola putri Papua, Thomas Alfa Edison Madjar kepada Jubi, Rabu (17/4/2024).
Hal senada juga disuarakan tim sepak bola putra Papua. Mereka juga mengaku belum ada kejelasan dukungan membuat persiapan mereka tak optimal.
“Jujur saja sangat mengganggu persiapan, karena kami tidak bisa menyusun program secara akurat dengan belum ada kepastian kapan mulai TC,” kata asisten pelatih tim sepak bola putra Papua, Moses Banggo.
Mantan pemain Persipura Jayapura itu berharap Pemerintah Papua bisa segera mengalirkan dukungan agar para atlet dari masing-masing cabor bisa mematangkan persiapan menuju PON dan kembali mempersembahkan prestasi untuk Tanah Papua.
Apalagi, kata Moses, Pemerintah Papua baru saja sukses menjadi tuan rumah PON XX tahun 2021 lalu, jangan sampai keterlambatan dukungan dari pemerintah malah akan membuat malu Provinsi Papua di mata provinsi lainnya.
“Harapan kami pemerintah segera merespons persiapan atlet menuju PON XXI karena kami baru saja selesai menjadi tuan rumah pada iven sebelumnya dengan prestasi yang baik dan juga perhelatan yang boleh dikatakan salah satu yang terbaik sepanjang sejarah PON di Indonesia,” ujarnya.
“Sehingga kami berharap pemerintah segera memperhatikan TC atlet agar kami tidak menuai cibiran di Aceh-Sumut,” harapnya.
Ketua Umum KONI Papua, Kenius Kogoya mengatakan pihaknya masih terus berupaya agar para atlet dan cabor-cabor bisa mendapatkan dukungan untuk ikut serta di PON XXI.
“Kami tetap optimis dan melakukan langkah untuk mendapatkan dukungan walau kalah dengan waktu, kita berharap tidak mengecewakan mereka yang sudah berniat baik dan mengharumkan nama baik Papua. Kita berharap bisa ikut meriahkan dan membawa nama Papua pada PON XXI nanti,” kata Kenius.
Pesimistis Dibalik Optimistis
Sepak bola Papua memang masih optimistis bisa bersaing pada PON XXI di Aceh – Sumut tahun ini. Namun dengan persiapan yang minim membuat mereka sedikit pesimistis bisa memenuhi target medali emas.
Thomas Madjar mengaku untuk mempertahankan medali emas, tim sepak bola putri Papua butuh persiapan yang matang dan konsisten.
“Optimis, kami tetap optimis. Tapi jangan lupa dengan yang namanya persiapan, karena itu yang sangat penting,” kata Madjar.
Tim sepak bola putra juga belum bisa mematok target tinggi di PON XXI mendatang. Sebab kata Moses Banggo, belum berjalannya TC terpusat mempengaruhi performa atau kondisi atlet yang seharusnya tak hanya fokus berlatih tapi juga mendapatkan asupan gizi dan nutrisi yang baik.
“TC mandiri yang kami lakukan sebenarnya berjalan dengan baik, hanya saja untuk mengukur progres atlet agak susah karena kami tidak ditampung dan kami tidak bisa mengontrol nutrisi dan istirahat atlet, sekalipun demikian antusias atlet dalam menjalani latihan sangat baik, semangat terjaga dengan baik walau tanpa kepastian,” kata Moses.
Meski masih belum mendapatkan titik terang, ia mengatakan tim sepak bola putra tetap bertekad membawa pulang prestasi terbaik karena sepak bola merupakan harga diri orang Papua.
“Cabor ini merupakan cabor unggulan Papua jadi kami akan tetap berusaha mempersiapkan tim dengan baik walaupun keadaan kurang mendukung kami,” ujarnya.
Opsi Alternatif
Untuk mengantisipasi ketiadaan dukungan anggaran dari Pemerintah, KONI Papua menyarankan kepada setiap cabor untuk mencari opsi alternatif untuk mendapatkan dukungan, misalnya dari pihak sponsor ataupun orang tua asuh.
Meski setuju dengan opsi itu, namun Thomas Madjar meminta kejelasan terkait hak yang akan mereka terima, soal gaji dan juga bonus jika mereka kembali mendapatkan medali emas.
“Kami akan berangkat ke PON dengan status yang jelas. Gaji berapa untuk pelatih, pemain, official dan lainnya. Dan juga ketika juara berapa bonus yag diterima. Soalnya, khusus tim PON putri sepak bola ada beberapa pemain kita di level timnas. Dan juga tim pelatih berlisensi A diploma yang baru hanya berapa orang di Papua,” kata Madjar.
Sementara Moses Banggo tidak setuju dengan opsi tersebut. Sebab menurutnya, hal itu akan mencoreng nama Papua sebagai bakal provinsi olahraga. Kecuali, situasi sudah sangat mengkhawatirkan.
“Secara pribadi saya kurang setuju, karena itu akan mencoreng wajah Papua sebagai provinsi olahraga. Tetapi kalau keadaannya terpaksa, ya mau tidak mau cabor harus mencari sponsor sendiri, agar tetap bisa eksis di iven PON,” kata Moses.
Ia masih yakin pemerintah Papua akan segera merespons soal TC atlet menuju PON. Namun jika tak kunjung mendapatkan kabar baik, mereka tetap berharap bisa ikut serta di Aceh – Sumut.
“Jika sampai mendekati hari H belum ada dukungan pun, kami tetap berharap diberangkatkan untuk mengikuti PON Aceh-Sumut, sebab sepak bola sudah seperti harga diri Orang Papua,” ujarnya. (*)
Discussion about this post