Jayapura, Jubi- Dr. Daniel Womsiwor dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Jurusan Kepelatihan Universitas Cenderawasih (Uncen) dan juga mantan Pelatih Fisik Timnas PSSI Senior Piala Asia 2013 mengatakan pernyataan pesepak bola M Tahir terhadap Program Naturalisasi Pemain Asing berdarah Indonesia terutama dari negeri Belanda perlu mendapat dukungan.
“Meskipun program ini bagi pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dilakukan sebagai jalan pintas memotong generasi sepak bola guna meningkatkan Prestasi Timnas Indonesia di Kompetisi Internasional,”katanya kepada jubi dalam pesan singkatnya melalui WA, Rabu (10/4/2024).
Dia menegaskan sesungguhnya pendapat mantan gelandang Persipura dan juga PSBS Biak itu harus mendapat respon dari insan sepakbola Indonesia terutama para pengurus klub dan pelatih lokal di Indonesia.
“Protes Tony Ho eks pelatih Persipura kepada Mumahammad Tahir sudah mencederai ruang demokrasi di Indonesia. Seharusnya ada ruang bagi pemain Indonesia untuk menyampaikan pikirannya tentang masalah Sepakbola di Indonesia. Kalau saya menilai justru protes M. Tahir itu sangat logis, karena dia adalah pesepakbola jebolan Papua yang sukses bersama Tim PON Papua, PERSIPURA dan PSBS.,”katanya.
Dia menambahkan prestasi sepakbola Papua seharusnya menjadi pertimbangan PSSI dalam membentuk Timnas. Pasalnya tim Persipura sudah pernah empat kali Juara Liga Domestik, tim PON Papua sudah tiga kali Juara PON, UNCEN Papua FC Juara Liga Mahasiswa dan PSBS Biak Juara Liga 2.
“ Seharusnya setengah dari pemain Timnas Indonesia itu adalah anak anak Papua. Belajar dari negara negara kuat sepak bola di dunia mayoritas pemain timnasnya berasal dari liga domestik,”katanya.
Ditambahkan demikian pula PSSI harus merencanakan bagaimana pemain-pemain terbaik di liga Indonesia bisa pula ikut bermain di klub klub Asia dan Eropa sebagai strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan PSSI terhadap pemain naturalisasi.
“Bukan hanya pemain, tapi bagaimana pula dengan pelatih pelatih Indonesia yang punya lisensi A Pro seperti Toni Hp bisa melatih juga di luar negeri sehingga kedepan timnas Indonesia bisa menang dan juara bukan dengan pelatih asing dan pemain naturalisasi,”katanya.
Dikatakan pelatih asing dan pemain naturalisasi dengan hasil liga domestik yang juga menggunakan uang negara alias APBN dari pemerintah dalam membentuk timnas Indonesia.
“Mungkin saat ini program naturalisasi boleh saja dapat diandalkan tetapi kedepan sudah harus dipikirkan agar jangan sampai timnas kita hanya untuk nama tetapi hilang marga atau fam seperti yang dikomentari pelatih Vietnam bahwa mereka sebenarnya bertanding lawan Indonesia atau Belanda. Bahkan di Indonesia sendiri sudah menganggap Timnas Indonesia seperti tim Suriname,”katanya.
Oleh karena itu lanjut Womsiwor apa yang telah menjadi keluhan pemain pemain Liga domestik dan masyarakat Indonesia ini harus mendapat kajian yang lebih dalam untuk menjawab sepak bola di Indonesia yang berasaskan filosofi sepak bola Filanesia.(*)
Discussion about this post