Jayapura, Jubi – Wakil Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Papua, Rocky Bebena telah menyiapkan 3 poin program untuk meyakinkan para voters pada pelaksanaan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI tanggal 16 Februari mendatang. Rocky Bebena masuk dalam daftar calon tetap calon anggota komite eksekutif (Exco) bersama 54 calon lainnya.
Figur yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Jayapura itu mengatakan, ia maju sebagai calon anggota Exco PSSI dengan mengusung tiga poin program. Yakni, sepak bola transparan, sepak bola mandiri dan sepak bola fair play.
“Saya hanya punya tiga poin saja untuk mencalonkan diri sebagai anggota Exco, yang pertama adalah sepak bola yang transparan yang artinya semua insan sepak bola baik dari kelompok umur, amatir hingga profesional itu kerjanya harus terbuka. Sejauh ini kan terbuka hanya ke dalam federasi secara utuh, pelaku sepak bolanya yang belum. Contoh ketika kompetisi digulirkan semua yang terlibat itu perlu tahu apa saja hak dan kewajibannya. Itu yang paling penting, kalau tidak kita akan berjalan di bawah bayang-bayang penyelenggara,” ujar Rocky kepada Jubi, Senin (13/2/2023).
Kedua, ia menginginkan sepak bola Indonesia yang mandiri. Artinya, sepak bola yang dikelola secara berkesinambungan, tapi kelompoknya mandiri, baik yang ada di tingkat daerah maupun nasional maupun sepak bola amatir dan profesional harus benar-benar mandiri.
“Yang amatir juga harus seperti itu. Karena kita jangan terlalu banyak berharap kepada APBD pemerintah, nah ini pihak swasta harus banyak terlibat karena di pemerintahan juga banyak fokus ke bidang yang lain. Sepak bola yang mandiri kita berharap nantinya ketua yang terpilih adalah ketua yang bisa mengakomodir semua elemen BUMN untuk bisa terlibat dan juga perusahaan-perusahaan swasta sehingga di daerah itu sepak bola bisa berputar dan tidak bertumpu semua pada pemerintah,” harapnya.
Lalu yang ketiga, ia ingin sepak bola Indonesia yang mengusung fair play, dengan kata lain sepak bola yang berjalan betul-betul adil tanpa ada intervensi dan juga mafia yang terlibat di dalam. Ia mencontohkan seperti kondisi kompetisi sepak bola Indonesia saat ini yang tidak memberlakukan promosi dan degradasi.
“Intervensi dari federasi maupun dari operator penyelenggara, karena kalau seperti ini akhirnya seperti kita punya sepak bola yang sekarang itu tidak punya degradasi dan promosi, itu tidak fair dalam menyelenggarakan kompetisi. Itu fakta yang terjadi hari ini. Menjadi soal juga tidak melanjutkan kompetisi, itu tidak fair juga. Bagaimana kita mau bicara fair play tapi hari ini kita tidak menyelesaikan kompetisi yang sudah kita putuskan di dalam kongres,” tekannya.
“Kongres itu kan menjadi marwah dari sebuah keputusan. Kalau kita sudah melanggar keputusan kongres, selanjutnya juga kita bisa melanggar yang lain-lainnya. Dan kita harus fair play juga melaksanakan statuta FIFA yang ada di sepak bola. Karena saya pikir sepak bola ini paling clear ketika semua elemen sepak bola bisa tunduk dan patuh kepada statuta. Karena semua di dalam statuta itu sudah sangat jelas. Kalau tidak sesuai atau tidak ikut, itu ada hukumnya atau sanksi,” tambahnya.
Rocky menyebutkan, sebagai satu di antara calon anggota Exco PSSI, ia membutuhkan sebanyak 50 hingga 51 persen suara dari para voters. Namun dirinya optimis bisa mendapatkan satu tempat dari 15 kursi Exco yang diperebutkan oleh 55 calon.
“Soal suara itu hitung-hitungannya di atas 50 – 51 persen. Kalau optimis ini kan ibarat orang bertanding, sebelum dimulai kita harus optimis. Apapun hasilnya kita harus siap untuk menang ataupun kalah, tidak ada draw. Artinya kalaupun saya kalah saya harus terima dan kalau menang harus siap dan konsekuen dengan tanggungjawab yang diberikan,” tutupnya. (*)