Merauke, Jubi – Petrus Wis Birif, pria kelahiran 1 Juli 1984 di Kampung Sagare, Distrik Ayip, Kabupaten Asmat ini tak menyangka bakal menyabet dua emas dan satu perak dalam Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI yang berlangsung di Jayapura, Papua.
Pekan Paralimpik Nasional sendiri adalah ajang olahraga nasional utama untuk penyandang disabilitas. Peparnas XVI berlangsung di Jayapura pada 5-13 November 2021 lalu. Iven akbar ini mempertandingkan 12 cabang olahraga, dan diikuti oleh 1.985 atlet.
Pet begitu sapaannya, berhasil menyumbang dua emas dari cabang olahraga renang 100 meter dan 50 meter, dan satu perak dari renang 200 meter.
Atas pencapaiannya itu, Pet menerima hadiah sebesar Rp1.750.000.000, dan Rp1 miliar di antaranya merupakan bonus dari Pemerintah Provinsi Papua.
“Tuhan maha baik. Saya memang punya motivasi untuk menang, tapi Dia (Tuhan) yang merencanakan semua ini. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung saya, termasuk kepada Pemprov Papua,” kata Pet di Merauke, Senin (13/6/2022).
Petrus Wis Birif mengaku, prestasi yang diraih itu berkat ‘tangan dingin’ pelatih renangnya, Samuel Tanalepy dan Fathur yang setia melatih, membina dan memberikan motivasi kepada dia. Selama persiapan Peparnas, Pet berlatih rutin di kolam Galaxy Merauke.
“Meski dengan kekurangan (difabel), saya anak Papua harus bisa berbuat yang terbaik. Saya mau mengajak anak-anak muda Papua, mari kita semua terpacu, termotivasi dan mampu berprestasi dalam berbagai bidang,” ujarnya.
Kado buat keluarga
Menjadi miliarder, tak lantas membuat Petrus Wis Birif ‘lupa diri’. Uang Rp1,750 miliar itu digunakan untuk kebutuhan hidupnya, termasuk juga membantu orang tua, saudara-saudaranya, dan sesama warga Asmat di Pintu Air, Jalan Transit, Kabupaten Merauke.
Anak kelima dari pasangan Eduardus Tisakaei dan Petronela Baso ini membangun rumah untuk keluarga kecilnya di kompleks Pintu Air Merauke. Pet juga membuka tabungan sekolah untuk kedua anaknya, dan mendepositokan sebagian uang untuk masa tuanya.
Pet kemudian membeli dua motor tempel nelayan (ketinting) 40 PK dan 15 PK untuk kedua orang tuanya yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan di Sagare, Kabupaten Asmat. Ia juga menghadiahkan satu ketinting 10 PK untuk kakak iparnya di sana.
“Saya juga membeli lima sepeda motor untuk adik-kakak di Asmat. Juga ada sedikit sumbangan untuk warga Asmat yang tinggal di kompleks Pintu Air di Merauke,” tuturnya.
Meski kini memiliki cukup uang, Pet mengaku bahwa dia tetap bekerja sebagai tenaga kerja bongkar muat (TKBM) di Pelabuhan Merauke. Jika kegiatan bongkar barang di pelabuhan sepi, maka Pet bekerja sampingan potong rumput di rumah-rumah warga atau di sejumlah kantor pemerintah dan swasta.
“Saya tidak malu, saya tetap bekerja sebagai buruh di pelabuhan, dan juga potong rumput. Sebelum jadi atlet pun saya kerja begitu. Karena tidak setiap hari ada bongkar muat di pelabuhan dan potong rumput, maka di waktu kosong saya mempersiapkan diri dengan berlatih renang,” ujarnya.
Jalan panjang menjadi atlet
Petrus Wis Birif lulus D3 Jurusan Peternakan Politeknik Yayasan Santo Antonius Merauke pada 2014 silam. Dia mengaku tertarik menjadi atlet disabilitas sejak bangku SMA.
Pet pertama kali mengikuti Peparnas di Samarinda, Kalimantan Timur 2008, atau tepatnya di masa awal kuliahnya. Cabang olahraga yang diminati saat itu tenis lapangan.
“Pertama saya ikuti Peparnas di Kaltim tahun 2008 dengan cabor tenis lapangan, saya kalah. Kedua Peparnas di Pekan Baru, Riau tahun 2012 dengan cabor yang sama, tapi kalah juga. Meski begitu, saya tidak patah semangat, masih tetap mau menadi atlet,” kata Pet.
Sekembalinya dari Pekan Paralimpik Nasional XIV Riau, di Merauke, Pet dihubungi oleh National Paralimpic Committee (NPC) Papua yang menawarkan dia ‘pindah arena’ dari tenis lapangan ke cabor renang. Ayah dua anak ini pun menerima tawaran tersebut, karena sanggup berenang.
“Berawal dari itu, saya mulai berlatih dan bergabung dengan Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Merauke. Kejuaraan pertama yang saya ikuti itu tingkat kabupaten di Wasur, Merauke pasa 2015. Puji Tuhan, saya berhasil meraih juara dua, meski bertanding melawan atlet-atlet normal,” tutur dia.
Pada Juli 2016, Petrus ke Jayapura dalam rangka pelatihan selama tiga bulan untuk persiapan Peparnas XV di Bandung, Jawa Barat. Di Bandung inilah dia mulai membuktikan kemampuannya dengan meraih medali perak dari renang 100 meter, dan perunggu dari renang 50 meter.
“Lalu di 2017, saya mengikuti Kejurnas di Bandung. Saya dapat dua perunggu lagi, masih sama nomornya 100 dan 50 meter. Saya kembali mengikuti Kejurnas di Solo pada 2019. Di sana saya berhasil mendapat satu medali emas dengan nomor 50 meter, perak 200 meter dan perunggu 100 meter,” sebut Pet.
Dari situ, Petrus Wis Birif semakin percaya diri dan lebih giat berlatih guna mengikuti Peparnas XVI 2021, yang mana Papua menjadi tuan rumah penyelenggaraan iven nasional bagi penyandang disabilitas. Di ajang tersebut, Pet berhasil menyumbang dua emas dan satu perak.
“Saya punya mimpi untuk tetap mengikuti kejuaraan-kejuaraan selanjutnya, antara lain Peparnas di Aceh tahun 2024, dan Asean Para Games di Solo, Jawa Tengah dalam tahun ini,” katanya.
“Saya sudah berkoordinasi dengan NPC Papua, dan nama saya masuk dalam daftar 27 atlet yang disiapkan. 27 orang itu atlet dari berbagai cabor. Saya juga sudah mengikuti tes dolphin untuk selanjutnya ikut tes lagi di Pelatnas. Hasil tes dolphin masih ditunggu,” sambungnya.
Sementara anggota DPR Papua, Fauzun Nihayah yang merupakan ibu asuh Petrus Wis Birif mengaku sangat bangga melihat potensi besar yang dimiliki putra asal Asmat itu. Fauzun pun menyatakan, Petrus ibarat mutiara yang perlu dijaga (didamping), dan terus didorong menjadi atlet profesional.
“Pet punya potensi yang luar biasa, sehingga saya terpanggil untuk mendampingi dia. Dia ini emas, mutiara Papua yang patut kita jaga dan dorong terus untuk pengembangan potensinya itu,” kata Fauzun Nihayah.
Fauzun menambahkan, sangat banyak bibit atlet di Papua, termasuk difabel. Mereka perlu mendapat perhatian dan dukungan pemerintah, sehingga dapat mengembangkan potensi diri dan mengharumkan nama Papua di ajang nasional dan internasional.
“Atas saran saya, alhamdulillah dia (Petrus) sudah bangun rumahnya, bisa menabung untuk sekolah anak dan masa tuanya. Juga bantu orang tua, saudara-saudaranya dan sesama warganya,” puji Fauzun. (*)
Discussion about this post