Papua No.1 News Portal | Jubi
Lebak, Jubi – Sejumlah pengrajin kain tenun masyarakat adat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kembali produksi sehubungan meningkatnya permintaan konsumen dan berhenti dua tahun akibat pandemi Covid-19. Mereka kini mulai ramai kembali memproduksi kain tenun yang dikerjakan di bale- bale rumah di sela aktivitas bertani.
“Ini kami lakukan setelah hampir dua tahun tidak produksi karena dilanda pandemi itu,” kata Munah, seorang perajin kain tenun Badui kepada Antara, saat ditemui di kediamannya di Desa Kanekes,Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Kamis, (10/2/2022).
Baca juga : Tak semua warga adat Badui mau divaksin, percaya ramuan herbal
Vonis ringan penebang liar kecewakan masyarakat adat Maluku
Kunjungan wisatawan cemari kampung adat Badui
Muna dan sejumlah perempuan Badui memproduksi kain tenun dikerjakan secara tradisional dan untuk ukuran panjang 2,5 meter dan lebar 2,0 meter bisa diselesaikan selama tiga hari.
Para pengrajin itu, umumnya kaum perempuan untuk membantu ekonomi suami yang bekerja di ladang dengan menanam tanaman padi huma dan palawija.
Saat ini, para pengrajin kain tenun khas Badui mulai ramai, karena permintaan pesanan melalui digitalisasi aplikasi berbasis internet. Selain itu juga banyak wisatawan yang mengunjungi kawasan permukiman Badui, terlebih akhir pekan.
Meski saat ini masyarakat Badui tengah memasuki bulan Kawalu, namun diperbolehkan wisatawan mengunjungi Badui Luar.
“Kami berharap produksi kain tenun Badui kembali normal, sehingga dapat menggulirkan ekonomi masyarakat Badui, ” kata Muna menjelaskan.
Menurut dia, harga kain tenun Badui bervariasi antara Rp150 ribu hingga Rp1, 2 juta tergantung kualitasnya.
Produksi kain tenun Badui juga banyak dijadikan bahan pakaian, bahkan perajin busana datang ke kampungnya. Selain itu para perancang busana kini melirik kain tenun Badui, karena dinilai elegan juga warnanya cukup unik.
“Kami menerima permintaan melalui digitalisasi dan konsumenya ada dari luar Pulau Jawa,” kata Muna menjelaskan.
Pengrajin tenun lainnya, Neng mengaku dirinya kini memproduksi kain tenun juga kembali memajang produksi kerajinan Badui di bale rumah sambil menunggu kedatangan pengunjung wisatawan. Ia memproduksi kain tenun selendang, pakaian batik Badui, baju kampret, ikat kepala atau lomar, souvenir, tas koja, golok, dan madu lebah.
“Kami hanya mengandalkan konsumen dari pengunjung wisatawan itu ” kata Neng menjelaskan.
Tetua adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan saat ini jumlah perajin sekitar 2 ribu orang, sebelumnya mereka berhengti produksi akibat dampak pandemi Covid-19.
“Kami mendorong pelaku usaha itu dapat memproduksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga, ” katanya. (*)
Editor : Edi Faisol
Discussion about this post