Jayapura, Jubi – Seribu harapan membumbung tinggi dari beroperasinya Bandar Udara Douw Aturure di Nabire. Konektivitas transportasi udara di langit Papua Tengah membuka ‘jembatan harapan’ bagi perekonomian, sektor perdagangan, dan pariwisata di wilayah itu.
Hampir dua tahun Kabupaten Nabire ditetapkan menjadi ibu kota Provinsi Papua Tengah, tepatnya sejak 30 Juni 2022, berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2022. Papua Tengah merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) atau provinsi yang dimekarkan dari provinsi induk Papua bersama dua provinsi lainnya yakni Papua Selatan dan Papua Pegunungan.
Sebagai pusat pemerintahan Provinsi Papua Tengah, pembangunan infrastruktur di Nabire mulai digencarkan untuk mendukung tercapainya percepatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu yang menjadi perhatian pemerintah pusat yakni pembangunan bandar udara baru untuk memperkuat akses transportasi dari Nabire ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau dengan jalur darat.
Sebagai salah satu proyek strategis nasional dalam menyediakan fasilitas umum untuk melayani masyarakat pengguna jasa angkutan udara, pembangunan Bandara Douw Aturure dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tahun 2019 atas perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan rampung pada 2023.
Bandara itu diberi nama Douw Aturure yang merupakan gelar kehormatan bagi mantan Bupati Isaias Douw dari tetua adat masyarakat pesisir Kabupaten Nabire. Bandara Douw Aturure terletak di Karadiri, Distrik Wanggar, dibangun untuk menggantikan fungsi bandara lama di pusat kota Nabire.
Presiden Jokowi mengatakan selain berfungsi untuk memperlancar distribusi logistik dan mobilitas masyarakat, Bandara Douw Aturure diharapkan dapat mengurangi disparitas dan memicu perekonomian serta menggenjot pariwisata di Papua Tengah.
“Bandara Douw Aturure yang kita resmikan ini akan meningkatkan konektivitas di Papua Tengah, meningkatkan mobilitas barang, dan membuka banyak peluang untuk memicu tumbuhnya ekonomi-ekonomi baru,” kata Jokowi usai meresmikan Bandara Douw Aturure, 23 November 2023, dinukil dari laman resmi Setkab RI.
Pembangunan Bandara Douw Aturure merupakan kolaborasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dengan menelan anggaran sebesar Rp671,54 miliar bersumber dari APBN.
“Diharapkan masyarakat semakin ingin untuk menggunakan pesawat udara sehingga jumlah yang minat menggunakan pesawat udara meningkat,” ujar Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi.
Penuhi Syarat
Tiga bulan setelah diresmikan oleh Presiden Jokowi, Bandara Douw Aturure pun resmi beroperasi penuh pada 22 Februari 2024. Bandara ini dibangun dengan desain yang modern. Sekilas, terminalnya hampir mirip dengan Bandara Komodo di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Desain bangunan bandara ini mengusung konsep kearifan lokal dengan sentuhan simpel modern, mengambil konsep pepohonan yang diadopsi dari pohon hutan tropis Papua. Lalu penutup atap terminalnya diadopsi dari hutan tropis Papua dan pesawat kertas.
Runway Bandara Douw Aturure memiliki panjang 1600 meter atau lebih panjang 200 meter dari bandara yang lama, dengan lebar 30 meter. Ukuran apron 367,5 x 100 meter sehingga dapat didarati pesawat tipe ATR 72. Untuk terminal penumpang, bandara ini memiliki luas terminal 6.320 m2 yang dapat menampung kapasitas hingga 287.000 penumpang per tahunnya.
“Pelayanan operasional penerbangan tidak jauh berbeda yaitu pesawat ATR 72 Seri 600 dan pesawat-pesawat perintis, karena panjang runway bandara baru 1600 meter, lebih panjang 200 meter dari bandara yang lama,” ujar Plt Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Douw Aturure, Juprianto Pali, kepada Jubi, Rabu (28/2/2023).
Tak berhenti di situ, rencananya Bandara Douw Aturure masih akan dikembangkan lagi agar bisa melayani pesawat berbadan lebar seperti Boeing atau Airbus.
“Ke depan akan diperpanjang menjadi 2500 meter x 45 meter sesuai dengan masterplan, sehingga nantinya dapat didarati pesawat berbadan lebar [Boeing dan Airbus],” katanya.
Berdasarkan peraturan Kemenhub RI, Bandara Douw Aturure sudah memenuhi standar persyaratan keamanan dan keselamatan penerbangan dengan kelengkapan dokumen ASP (Airport Security Program) untuk keamanan bandara, serta dokumen AEP (Airport Emergency Plan) untuk keselamatan penerbangan.
“Kedua dokumen ini merupakan dokumen yang wajib dimiliki oleh bandar udara dalam operasional penerbangan, selain dokumen manual [AM], Safety Management System [SMS], dan Aeronautical Information Publication [AIP],” kata Juprianto.
Bandara Douw Aturure melayani rute domestik pesawat Wings Air dengan tujuan Nabire-Jayapura PP, Nabire-Timika PP, dan Nabire-Manokwari PP. Penerbangan perintis ada 15 rute yang dilayani, yakni Nabire-Enarotali, Nabire-Moanamani, Nabire-Wagete, Nabire-Sugapa, Nabire-Mulia, Nabire-Ilaga, Nabire-ILU, Nabire-Sinak, Nabire-Fawi, Nabire-Wasior, dan Nabire-Kaimana.
“Semua pesawat penumpang yang beroperasi di bandara baru Nabire bisa mengangkut kargo. Jadi pesawat memiliki dua fungsi, tergantung muatan yang ada. Saat ini juga ada 10 unit pesawat termasuk helikopter yang beroperasi dari Bandara Douw Aturure,” jelasnya.
“Semoga bermanfaat untuk mengakomodir lebih banyak lagi kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi udara, dan semakin membuka aksesibilitas masyarakat di wilayah tertinggal, terpencil, terluar perbatasan [3TP],” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan, M. Kristi Endah Murni, lewat siaran pers Kemenhub RI.
Gerbang Ekonomi Baru
Baru hitungan hari beroperasi, arus penumpang dan barang dari Bandara Douw Aturure mengalami peningkatan 10 hingga 20 persen dibandingkan operasional bandara lama tahun 2023 lalu.
“Setelah Bandara Douw Aturure resmi beroperasi beberapa hari ini, belum ada perubahan yang signifikan. Hanya saja ada kenaikan jumlah penumpang dan kargo yang keluar dan masuk ke Nabire, Papua Tengah jika dibandingkan dengan tahun 2023 lalu. Ada peningkatan 10 hingga 20 persen,” kata Juprianto.
Peningkatan arus penumpang dan barang itu menandakan peran penting dari keberadaan Bandara Douw Aturure sebagai jembatan konektivitas transportasi udara di langit Papua Tengah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Papua Tengah menjadi yang tertinggi di antara provinsi DOB, dengan 5,95 persen.
Bandara Douw Aturure bisa menjadi gerbang perekonomian baru bagi Provinsi Papua Tengah yang terkenal dengan komoditas kopinya. Bahkan, dua jenis kopi Papua yang paling diburu oleh penikmat kopi dunia berasal dari Papua Tengah, yakni kopi Amungme dan kopi Moanamani.
Di sektor pariwisata, lalu lintas transportasi udara dari Bandara Douw Aturure juga diharapkan dapat menggenjot minat wisatawan untuk berkunjung ke Papua Tengah untuk melihat keindahan alam yang tak kalah dengan daerah lainnya, seperti perairan Kwatisore di Nabire yang merupakan bagian dari kawasan wisata Teluk Cenderawasih.
“Sebagai warga dan masyarakat Papua Tengah berharap dengan adanya bandara ini seperti kata Presiden, bisa meningkatkan segala hal baik menuju Papua Tengah sejahtera di bidang ekonomi dan pariwisata. Kita berharap semua dapat mendukung rencana pemerintah guna pelayanan yang lebih maksimal lagi,” kata Plh Sekda Provinsi Papua Tengah, Anwar Harun Damanik.
Keberadaan Bandara Douw Aturure diyakini bakal membawa perubahan signifikan untuk memajukan Provinsi Papua Tengah di berbagai sektor. Tentu saja hal tersebut akan tercapai dengan dukungan pemerintah dalam peningkatan fasilitas dan pelayanan bandara.
“Mengingat Nabire sekarang adalah ibu kota Provinsi Papua Tengah yang harus melayani masyarakat di delapan kabupaten, tentu peningkatan fasilitas operasional dan fasilitas pelayanan di bandara perlu dikembangkan dan dilengkapi,” ujar Juprianto.
Abeth, salah seorang warga, berharap keberadaan Bandara Douw Aturure bisa ikut mengangkat perekonomian masyarakat lokal atau orang asli Papua.
“Jika mereka [OAP] diberi kesempatan berada di lingkungan bandara pasti bisa menjadi gerbang ekonomi baru. Namun jika berkaca dari bandara lama, belum banyak berdampak kepada OAP di sektor ekonomi dan pariwisata. Dengan perkembangan zaman ke depan mungkin bisa diberikan kesempatan bagi produk lokal, entah di bidang ekonomi maupun pariwisata, mumpung provinsi baru,” kata Abeth. (*)
Discussion about this post