Jayapura, Jubi – Tak lama ada berita tentangmu, Meno amole (selamat). Hari ini ada berita tentangmu, tetapi itu berita duka.
“Sayang Meno waiii…Amole meno,” ujar Piet Maturbongs, putra dari guru perintis di Bumi Amungsa dan Kamoro, yang diterima Jubi.id dari Humas Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), Senin (29/5/2023) malam.
Lebih lanjut, Piet Maturbongs mengatakan bersama-sama dengan Tom Beanal berteman akrab sejak Vervolgschool atau VVS di Kaokanau, Distrik Mimika, zaman Nederlands Nieuw Guinea.
”Kemudian kita sama-sama ke PMS [sekarang SMP] di St Paulus, Hollandia [Jayapura]. Tapi engkau kena malaria dan pindah ke Fakfak untuk melanjutkan studimu di sekolah Opleiding voor Volkschool Onderwyzer [ODO] di Fakfak dan kemudian berganti nama menjadi Sekolah Guru Bersama [SGB] dan menyelesaikan SGB di Nabire dan melanjutkan ke Sekolah Guru Atas [SGA] di Biak,” tuturnya.
“Saya sudah setahun studi d SGA Biak, dan engkau bergabung d sekolah itu sebagai adik kelas saya. Kami menyelesaikan SGA d Biak dan mendapat penugasan sebagai guru SD d Lembah Agung Baliem,” tambahnya.
Setelah menamatkan SGA di Biak, kedua sahabat ini mendapat tugas pertama menjadi guru. Tom Beanal bertugas di Wamena, mendapingi Wenewolok.
“Saya ditugaskan pada SD Yayasan Pendidikan Persekolahan Katolik (YPPK) di Musatfak,” katanya seraya menambahkan selama bertugas empat tahun di Lembah Agung Baliem.
“Kita berdua melanjutkan studi Theologi di Akademi Theologi Katolik, sekarang Sekolah Tinggi Theologi Fajar Timur (STFT). Kita berdua menempat satu kamar hingga menyelesaikan studi,” kata Maturbongs mengenang sahabat karibnya.
“Engkau adalah seorang sahabat bagiku. Engkau adalah seorang yang punya kepribadian kuat, kritis, jujur, tanpa mau menyerah. Sahabat, Meno amolee … ,” katanya.
“Saya tahu pergumulanmu yang panjang mewarnai hidupmu. Dengan penuh kesetiaan engkau memperjuangkan hasratmu untuk menatap masa depan tanah dan bangsa Papua yang lebih adil dan bermartabat,” tulis Maturbongs.
Kekuatan dalam diri pribadimu, lanjut Maturbongs, terletak pada memperjuangkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab sesuai ajaran Yesus yang kau imani.
“Siioo Meno …sesudah lama tidak mendengar berita hal ihwal tentang dirimu, hari ini saya mendengar berita duka tentang dirimu yang sudah berpulang ke rumah Bapa di Surga. Meno ….amole …sayang. Hari ini saya berduka. Saya mendoakan arwahmu disambut para malaikat dan para Kudus di Rumah Bapa di Surga,” demikian catatan singkat dari rekan dan sahabat, Piet Maturbongs, di Timika. (*)