Nabire, Jubi – Panitia Penyelenggara Solidaritas Perempuan Bersatu Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau 16HAKTP, Yusni Iyowau mengatakan pihaknya telah menyelenggarakan rangkaian kampanye 16HAKTP untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan di Papua. Rangkaian kampanye itu ditutup dengan seminar “Kapitalisme: Akan Kekerasan terhadap Perempuan”. Iyowau menjelaskan kampanye 16HAKTP di Nabire digelar dalam berbagai bentuk.
“Seperti diskusi, mimbar bebas, bakti sosial ke Rumah Sakit Umum Daerah Siriwini, dan pembagian bunga dan selebaran selama 16 hari yang merupakan bagian dari membangun penyadaran, edukasi, dan memberikan cinta, dan perlawanan kepada mereka yang membutuhkan itu,” kata Iyowau di Nabire, Sabtu (10/12/2022).
Iyowau mengatakan kampanye 16HAKTP di Nabire berlangsung sejak tanggal 25 November 2022 yang merupakan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. Kampanye itu berlangsung hingga 10 Desember 2022, bertepatan dengan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia.
Rangkaian kampanye itu ditutup dengan seminar yang berlangsung di Nabire pada Sabtu (10/12/2022). “Tujuan kami membuat seminar adalah memperingati puncak dari kampanye 16HAKTP itu sendiri, dan memperingati Hari HAM Sedunia. Kami mengundang pemerintah, aktivis Green Papua Yohanes Giyai, pendaming Orang dengan HIV/AIDS atau ODHA Paola Pakage, Dewan Adat Meepago Okto Marco Pekey, dan jurnalis Jubi Abeth You sebagai pembicara dalam seminar tersebut,” kata Iyowau.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Nabire, Yermias Degei menyatakan perempuan Papua harus memahami literasi digital dalam komunikasi sosial dan peningkatan ekonomi. “Kebanyakan orang Papua menggunakan media sosial sebagai sarana untuk komunikasi sosial, tapi masih minim yang menggunakan media sosial sebagai kebutuhan ekonomi,” katanya.
Degei berpesan agar setiap orang bijak dan hati-hati dalam menggunakan media sosial. “Selama ini saya melihat di media sosial banyak perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual melalui media sosial, menuliskan segala aktivitasnya di sosial media tanpa mempertimbangkan efeknya. Saya ajak kita bijak menggunakan media sosial,” katanya.
Degei mengatakan pihaknya telah melakukan pembinaan kepada pedagang Papua untuk menjual barang secara daring. “Kami bina pedagang untuk menjual hasil kreatifitas mereka di media online yang ada, untuk mempermudah mereka menjual barang dagangan,”katanya.
Degei berharap perempuan Papua di Provinsi Papua Tengah dapat menggunakan media sosial dengan kreativitas, tanpa harus merugikan sesama. (*)