Jayapura, Jubi – Minat anak-anak Papua untuk menjadi anggota polisi disebut-sebut sangat tinggi. Apalagi dengan adanya program khusus bagi anak pemimpin adat pada penerimaan Calon Bintara Polri tahun 2024 ini. Hal itu dinyatakan Ondofolo Kampung Bambar, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura Orgenes Kaway di Kota Jayapura, Selasa (2/4/2024).
Kaway mengatakan program penerimaan Bintara Polri saat ini sangat baik. Namun tetap harus ada keistimewaan bagi anak-anak setiap pemimpin adat di Papua ketika mendaftar. Mengingat selama ini meskipun memiliki memiliki niat yang tinggi, namun terkadang dipersulit dalam penerimaan.
“Hari ini mereka sangat senang sekali terpanggil untuk berbakti kepada negara Indonesia, cuman harapan mereka terputus karena dipersulit. Makanya saya minta kepada Kapolda untuk ada keistimewaan bagi anak-anak kami ketika sudah mendaftar,” kata Kaway.
Yang perlu diingat, ujar Kaway, tidak semua masyarakat Papua memangku jabatan adat, baik kepala suku, Ondoafi maupun Ondofolo sehingga harus ada keistimewaan. Sebab keberadaan pemimpin adat selama ini sudah membantu pemerintah dalam menjaga stabilitas keamanan di Tanah Papua.
“Terimakasih banyak kepada Kapolda kalau hari ini membuka ruang yang sangat luas untuk anak-anak asli Papua dalam perekrutan polisi tahun 2024. Makanya mungkin ada keistimewaan untuk anak-anak kami, ketika mereka sudah direkomendasikan untuk menjadi polisi,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ondofolo Sosiri, Kabupaten Jayapura Boas Asa Enoch. Ia mengaku sangat menyambut baik terkait program tersebut. Menurutnya, program ini bentuk sebuah penghormatan dari instansi Kepolisian terhadap para pemimpin adat di Papua.
“Iya, pada dasarnya kami sangat berterimakasih kepada Kapolri dengan pak Kapolda karena sudah punya upaya memberikan kesempatan terhormat,” kata Enoch.
Enoch mengatakan rencana ini juga merupakan sebuah bentuk apresiasi dari Kepolisian bagi para kepala suku. Apalagi dia mengatakan, program ini diusulkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri yang bukan anak asli Jayapura.
“Luar biasa itu dan sangat menghargai ondoafi-ondoafi ini, mereka (Kapolri dan Kapolda) memang bukan anak asli Jayapura tapi mereka tahu persis bagaimana itu anak adat,” ujarnya.
Kendati begitu, Boas mengimbau agar proses pelaksanaan perekrutan calon bintara Polri nanti bisa dilakukan sesuai prosedur. Sebab, dia tak ingin, rekrutmen nanti terkesan dipaksakan demi memenuhi kuota khusus yang diberikan kepada kepala suku atau Ondoafi.
“Itu pun dia anak-anak Ondoafi, tapi kalau memang kondisi kesehatannya tidak menguntungkan ya tidak bisa dipaksakan,” jelasnya.
Sementara tokoh Adat Yapen, Jellin Ismail Payai meminta proses rekrutmen harus dilaksanakan dengan terbuka dan transparan. Ia berharap, anak-anak atau keluarga dari pemimpin adat yang diterima menjadi polisi sesuai dengan kriteria rekrutmen.
“Tidak harus anak kepala suku jadi dia harus jadi. Harus dia benar-benar juga memenuhi kriteria dari sebuah rekrutmen,” kata Payai.
Payai menginginkan proses rekrutmen tersebut tidak ada praktik-praktik yang terindikasi dengan nepotisme. Karena itu, dia mau pihak Polda Papua betul-betul menyiapkan program tersebut secara matang demi mencegah masalah-masalah tersebut.
“Iya memang saya pikir teknis pelaksanaan yang memang bagus mencegah itu, praktik-praktik titipan dari kepala-kepala suku,” katanya.
Meskipun begitu, Payai sendiri juga menyampaikan beberapa hal yang perlu menjadi catatan bagi calon bintara yang akan mendaftar. Dia ingin, Polda Papua nantinya juga membuka pendaftaran atau Sub Panitia Daerah (Panda) khususnya di Kabupaten Kepulauan Yapen dan Waropen.
Pasalnya, Payai menilai, anak-anak di Kabupaten Kepulauan Yapen dan Waropen cukup kesulitan jika ingin mengikuti proses rekrutmen Bintara Polri. Sebab, calon bintara Polri tersebut harus ke Kabupaten Biak dan ke Jayapura apabila lolos ke tahapan berikutnya.
“Tapi kalau dari Yapen lalu ke Biak baru ke Jayapura, waduh, banyak yang sudah mengeluh ke kami. Tapi kami tampung itu dan ya syukurlah hari ini saya bisa sampaikan ke Polda,” ujarnya. (*)
Discussion about this post