Sentani, Jubi – Dani Keroman, mahasiswa asal Yahukimo, Provinsi Papua Pengunungan, sejak 2022 dengan susah payah mulai belajar berjualan pentolan untuk membayar uang kuliah. Saat ini Dani tercatat sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri atau STAKPN Sentani Jayapura.
Saat ditemui Jubi di Sentani, Rabu (13/3/2024), pemilik nama lengkap Dani Damsa Keroman ini mengatakan awalnya ia tidak tahu berjualan. Dari kakaknya, Yakonus Keroman, ia belajar berjualan pentolan. Yakonus sudah lebih dulu belajar cara berjualan pentolan dengan seorang mas Jawa. Pada tahun 2022, ia mulai berjualan. Dani berjualan pentolan di seputaran Sentani Kota di luar jam kuliah.
“Pendapatan per hari tergantung pembelinya. Misalnya satu hari dapat Rp100 ribu, saya dapat Rp25 ribu. Selebihnya untuk bos pemilik gerobak. Kalo dapat Rp300 ribu, saya terima Rp75 ribu,” katanya.
Dani mengatakan semua perlengkapan jualannya seperti motor, gerobak, botol sambal, payung, minyak tanah, tole-tole dandang, dan beberapa lainnya adalah milik bos, orang yang memproduksi pentolan dan pemiliknya perlengkapan jualan.
“Setelah selesai berjualan pukul 18.00 WIT, saya harus kembalikan ke bos pemiliknya,” katanya.
“Saya bergabung sejak 2022. Hingga kini sudah satu tahun lebih. Uang yang saya dapat untuk membayar kuliah. Saya mendaftar kuliah sejak 2023 hingga kini hasil pendapatan dari [berjualan] pentolan,” katanya.
Setiap hari setelah pulang kuliah ia berjualan di seputara Sentani Kota. Pendapatan per hari rata-rata berkisar Rp200-300 ribu.
Ia mengatakan sejak 2022 mendaftar kuliah di kampus STAKPN Sentani. Karena belum ada uang untuk membayar uang kuliah, ia terpaksa meninggalkan kuliah, lalu berjualan pentolan. Setelah memiliki uang cukup, akhirnya pada 2023 ia kembali mendaftar kuliah.
Orang tua Dani Keroman berprofesi sebagai petani, berusia sekitar 72 tahun, tidak sanggup membiayai kuliahnya.
“Misalnya saya tidak berjualan pentolan, otomatis saya belum bisa kuliah, karena orang tua saya sudah berusia sekitar 72 tahun dan tidak mampu membiayai kuliah saya,” kata Dani.
“Ada kerinduan untuk membuka usaha sendiri membuka tempat berjualan pentolan. Tapi karena kekurangan modal, saya pasrah dengan keadaan. Mudah-mudahan ke depan saya bisa membuka usaha sendiri,” lanjutnya.
Dari hasil berjualan pentolan, Dani Keroman bisa membayar uang kuliah. Dia memiliki keinginan, setelah mempunyai perlengkapan jualan pentolan, ia akan membuka usaha di daerah asalnya, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pengunungan. (*)
Discussion about this post