Jayapura, Jubi – Pengembangan Kota Jayapura ke arah Distrik Muara Tami sehingga penyajian perumahan sangat tinggi dan sudah disebut dengan Kota Baru.
Banyak pengembang mengarahkan pembangunan perumahan ke arah Distrik Muara Tami karena empat distrik lainnya sudah terbatas dari sisi daya tampung dan daya dukungnya.
“Oleh karena itu, menjadi maskot dalam penyebaran penduduk maupun penyebaran pemenuhan kebutuhan rumah,” ujar Kepala Dinas PUPR Kota Jayapura, Nofdi J. Rampi, di Kantor Wali Kota Jayapura, Rabu (31/5/2023).
Seiring dengan berkembangnya Distrik Muara Tami menjadi Kota Baru, Dinas PUPR dan Bappeda Kota Jayapura sementara merevisi rencana tata ruang untuk dilakukan penyempurnaan dan pemantapan tentang lahan atau pola ruangnya yang boleh dan tidak boleh dijadikan kawan pembangunan perumahan.
“Mengapa ini dilakukan, karena mengantisipasi ledakan penyediaan perumahan di Distrik Muara Tami yang pada kondisi mulai ke arah yang berbenturan dengan pola ruang. Apalagi akan ada yang Istana Presiden,” ujarnya.
Setelah ada revisi RTRW, lanjutnya, agar peruntukan-peruntukan pola ruang lebih didetailkan dalam bentuk skala pemetaannya, karena Muara Tami merupakan daerah rata.
“Kami sudah berkonsultasi dengan Kementerian ATR untuk melanjutkan rencana detail tata ruang ke arah Muara Tami agar sistem drainasenya harus dijaga, karena pada saatnya nanti ketika tidak terkendali dari pertumbuhan pemukimannya yang akan terjadi adalah banjir,” ujarnya.
PUPR Kota Jayapura mengarahkan pemohon-pemohon pengembang perumahan agar elevasi pel batas harus harus di atas. Artinya, rumah harus lebih tinggi dari jalan.
“Sehingga ketika terjadi skala banjir yang cukup banyak, air akan naik tapi tidak akan masuk ke rumah, apalagi Distrik Muara Tami merupakan daerah rawa, tapi itu masih dalam konsep pemikiran dan sudah kami terapkan,” ujarnya.
Konsep tentang Distrik Muara Tami ini harus segera ditangani sistem pola ruangnya, sehingga daya dukung dan daya tampung akan berimbang dan mempunyai kekuatan untuk jangka panjang.
“Jadi, ketika ditimbun [rumah] bukan stagnan atau diam tapi terjadi penurunan setiap tahun, yang terjadi bangunan semakin rendah dan berpotensi tergenang air. Untuk itu, pentingnya membangun rumah lebih tinggi dari jalan,” ujarnya.
Nofdi mengharapkan dukungan dari masyarakat terutama yang ingin melakukan pembangunan baik rumah maupun ruko (rumah toko) di Muara Tami agar memperhatikan tata ruang agar ke depannya tidak menjadi bencana salah satunya banjir. (*)