Jayapura, Jubi – Kongres Masyarakat Adat Nusantara atau KMAN VI di Kota Jayapura wilayah adat Tabi, mengangkat isu tentang depopulasi dan marjinalisasi masyarakat adat.
“Hal ini sangat penting mengingat laju pertumbuhan penduduk, sehingga masyarakat adat terutama di Port Numbay (Kota Jayapura) semakin termajimalkan,” ujar Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey di Kampung Enggros, Selasa (25/10/222).
Dikatakannya, berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Jayapura semester I 2022, jumlah warga sebanyak 368.568 jiwa. Jumlah ini terus menurun bila dibandingkan 2019 sebanyak 422.083 jiwa.
Lanjutnya, dari data jumlah seluruh penduduk di Kota Jayapura, Orang Asli Papua 182.503 jiwa atau 50,28 persen yang mengalami penurunan bila dibandingkan 2019 sebanyak 238.256 jiwa.
“OAP khusus Port Numbay (Kota Jayapura) sebanyak 16.172 pada 2022, menurun bila dibandingkan 2019 sebanyak 17.380. Penurunan jumlah pendudukan akibat kematian, kelahiran, migrasi, urbanisasi, dan penuaan,” ujarnya.
Tiga masalah utama populasi masyarakat Port Numbay adalah kuantitas atau pertumbuhan penduduk lamban, kualitas atau asupan gizi dan perilaku hidup kurang sehat, ekonomi rendah, dan terbatasnya layanan serta depopulasi atau marga atau suku terancam punah dan angka fertilitas lebih sedikit.
“Solusinya adalah regulasi dan program kongrit, memperkuat masyarakat adat, menghargai hak kesulungan, dan mempertahankan aset kepemilikan masyarakat adat serta memperbaiki kualitas dan perilaku hidup sehat,” ujarnya.
Aktivis Perempuan Papua, Dona Nari, mengatakan isu depopulasi dan marjinalisasi dibahas untuk memperkuat eksistensi masyarakat adat agar masyarakat adat tidak termajinalkan.
“Agar menjadi tuan di tanahnya sendiri di tengah-tengah pertumbuhan penduduk,” jelasnya. (*)