Timika, Jubi – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Puncak Yuniet Murib mengatakan, pihaknya menambah waktu tanggap darurat selama 4 bulan ke depan.
Katanya, perpanjangan tanggap darurat dilakukan karena warga masih mengalami kesulitan untuk tanam tanaman yang bisa dikonsumsi.
“Saat ini bencana belum usai, warga belum bisa berkebun sehingga kami pemerintah Puncak bersepakat memperpanjang tanggap darurat selama empat bulan ke depan lagi, untuk tanggap darurat bencana alam,” katanya kepada Jubi, Jumat (11/8/2023).
Murib mengatakan, bantuan bahan makanan akan diberhentikan apabila warga sudah bisa berkebun. Saat ini ada warga dalam kondisi yang butuh bantuan makanan dan minuman.
“Untuk empat bulan ke depan kami harus memberikan bantuan bahan makanan kepada warga yang terdampak bencana di Distrik Agandugume, Lambewi dan Kampung Yugumi, Distrik Oneri, agar mereka bisa bertahan,” katanya.
Murib mengatakan, pasca bencana warga tidak bisa langsung menanam kembali bibit ubi, sebab racun yang menyerang tanaman milik warga itu harus hilang dari tanah barulah bisa ditanam kembali.
“Dan itu membutuhkan waktu yang lama agar tanaman itu bisa bertumbuh seperti biasa,” katanya.
Murib mengatakan, bantuan yang masih ada di gudang di Timika itu sebanyak 225 kilogram barang yang belum dimuat ke lokasi bencana.
“Kami akan kirim apabila ada perminataan dari warga masyarakat, sementara ini warga bisa bertahan dengan bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah TNI Polri di Puncak Agandugume, Lambewi dan Oneri” katanya.
Murib mengatakan, selama ini pihaknya mengalami kendala penerbangan untuk mengirimkan bama ke lokasi bencana.
“Kami telah berkomunikasi dengan berbagai maskapai penerbangan, kami sempat terkendala. Karena ada hanya satu maskapai, sekali penerbangan memuat barang hanya 800 kilogram,” katanya.
Murib mengatakan, pemerintah Puncak sudah mengirimkan tim medis untuk menetap di sana dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat .
“Karena masyarakat sangat rentan dengan diare dan muntah akibat dari mengonsumsi makanan yang mewabah di makanan ada juga,”katanya.
Papua Tengah memasuki kemarau sejak Juni lalu. Banyak terjadi gagal panen yang memicu kelaparan. Pelaksana tugas (Plt) Direktur Perlindungan Korban Bencana Alam Kementerian Sosial, Adrianus Alla, mengatakan kekeringan di wilayah tersebut terjadi karena dampak El Nino pada Juni lalu.
Selain terjadi kekeringan, dampak El Nino menimbulkan terjadinya fenomena hujan es yang membuat tanaman warga jadi cepat rusak. “El Nino membuat perubahan cuaca ekstrem. Banyak tanaman warga mati,” kata Adrianus, dikutip dari Koran Tempo pada Kamis, 3 Agustus 2023.(*)