Jayapura, Jubi – Saat ini hampir 80 persen keanekaragaman hayati di Indonesia berada dan tersimpan di dalam hutan-hutan adat yang selama ini dijaga, dikelola, dan dilindungi olah masyarakat adat. Mereka hidup dengan kearifan lokalnya sehingga saat krisis akibat pandemi Covid-19 justru ketahanan tubuh tetap bertahan.
“Masyarakat adat telah membuktikan diri lewat ketahanan diri dan mampu melewati pandemi Covid-19, bahkan ada wilayah adat yang mampu mengontrol pangan mereka,” kata Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, Rukka Sombolinggi, saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara atau KMAN VI di Stadion Barnabas Youwe, Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin (24/10/2022) pagi.
Dia menambahkan saat pandemi Covid-19, banyak masyarakat di kota secara bergelombang pulang ke kampung-kampung demi melindungi diri mereka dari virus tersebut.
Oleh karena itu dia berpesan untuk terus menjaga keanekaragaman hayati dan juga kearifan lokal agar masyarakat bisa terbebas dari krisis yang terjadi di masa depan.
Menurut dia, sampai saat ini masyarakat adat di Indonesia sudah mempunyai pemetaan adat seluas 20 juta hektar, namun belum mendapat pengakuan yang sah dari pemerintah.
Mengutip http://lipi.go.id/berita/potensi-keanekaragaman-hayati-indonesia-untuk-bioprospeksi-dan-bioekonomi menyebutkan peneliti Zoologi, Rosichon Ubaidillah, pada Pusat Penelitian Biologi LIPI, memaparkan bahwa status dan tren keanekaragaman hayati Indonesia menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat agro biodiversitas dunia dengan 10% spesies dari total spesies tumbuhan dunia.
“Flora dan fauna di tujuh pulau utama Indonesia, yaitu Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Lesser Sunda, Mollucas, dan Papua sangat mendominasi. Jawa masih menjadi pulau tertinggi diversitas floranya. Hal ini karena eksplorasi banyak dilakukan di pulau Jawa,” kata Rosichon.
Rosichon menambahkan untuk keanekaragaman fauna, sekitar 12% mamalia dunia (773 spesies) ada di Indonesia. Spesies terbanyak terdapat di Kalimantan dan jenis spesies endemik tertinggi terdapat di Papua dan Sulawesi. Namun status dan tren keberagaman fauna terus berpacu dengan laju kepunahan.
“Saat ini terdapat 191 spesies mamalia, 33 spesies burung, 33 spesies amphibi, 30 spesies reptil, 231 spesies ikan, 63 spesies moluska, dan 26 spesies kupu-kupu yang terancam keberadaannya. Termasuk tujuh spesies lebah madu dunia yang ditemukan Indonesia, dua jenis di antaranya endemik dan saat berstatus akan punah dan terancam. Tindakan harus segera diambil dalam rangka menyelamatkan biodiversitas tersebut,” tutur Rosichon.
Dede Heri Yuli Yanto, peneliti dari Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, mengungkapkan berdasarkan data Kehati Indonesia 2019, terdapat 2.273 spesies fungi yang telah diidentifikasi di Indonesia. Jumlah ini terhitung masih sangat sedikit. Sekitar 1,9% dari fungi yang ada di dunia. Indonesia diperkirakan memiliki 86.000 spesies fungi dari 1,5 juta–3 juta fungi dunia. Saat ini baru 120.000 spesies teridentifikasi. (*)