Jayapura, Jubi – Pesona Jembatan Youtefa menjadi ladang rezeki bagi Daud Magai. Dia menawarkan jasa pemotretan kepada para pengunjung jembatan, yang populer dengan sebutan Jembatan Merah, tersebut
Magai menekuni usaha jasa pemotretan di Jembatan Merah sejak dua tahun lalu. Dia menjalaninya selepas pulang berkuliah.
“Setelah pulang kuliah, sekitar pukul 15.00 [Waktu Papua], saya datang ke sini [Jembatan Merah] untuk menyiapkan peralatan fotografi. Pulangnya bisa sekitar pukul 22.00, tetapi kadang hingga pukul 01.00 [Waktu Papua] ketika ramai pengunjung,” kata Magai, Selasa (19/11/2024).
Magai berasal dari Paniai. Dia merupakan mahasiswa semester tujuh di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
Magai mematok harga Rp10 ribu untuk setiap lembar foto. Hasil jepretannya itu dia pindahkan terlebih dahulu ke komputer jinjing atau laptop, sebelum dikirim ke telepon seluler pelanggan.
Ketertarikan Magai terhadap dunia fotografi berawal dari iseng-iseng atau coba-coba. Kemampuannya kemudian berkembang setelah bergabung di komunitas fotografi, Papuans Photo.
Perkembangan kemampuan tersebut meningkatkan kepercayaan diri Magai. Dia pun kemudian menjadikan keterampilan fotografi sebagai sumber pemasukan.
“Saya terus belajar sehingga kepercayaan diri meningkat. Setelah itu, saya pun berani kasih harga [menjadikan fotografi sebagai profesi],” ujar Magai.
Pendapatan Magai dari hasil memotret di Jembatan Merah, bisa mencapai Rp400 ribu hingga Rp1.250.000 ribu sehari, saat ramai pengunjung. Pendapatan itu dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya kuliah, dan membeli kamera.
“Setelah selesai kuliah pada tahun depan, saya tetap akan melanjutkan pekerjaan sebagai fotografer. Jika Tuhan menghendaki, saya ingin membuka studio foto,” kata Magai.
Pekerjaan serupa juga dilakoni Usman Latuconsina, sejak tahun lalu. Mahasiswa asal Seram, Maluku tersebut bisa meraup Rp300 ribu hingga Rp800 ribu sehari dari hasil memotret di Jembatan Merah.
“[Pendapatan dalam sehari] paling sedikit Rp300 ribu, dan paling banyak Rp800 ribu. Hasilnya [memotret] untuk bayar indekos, kebutuhan sehari-hari, dan ditabung buat beli lensa baru,” kata Usman, yang juga mematok Rp10 ribu untuk setiap lembar foto.
Usman semula hanya memajang hasil jepretannya di media sosial. Atasan saran kakaknya, dia kemudian mencoba peruntungan dengan membuka jasa pemoteran di Jembatan Merah, hingga sekarang.
Hasil jepretan para fotografer di Jembatan Merah memuaskan para pelanggan. Mereka mengakui foto yang dihasilkan Magai, dan kawan-kawan sangat berkualitas.
“Foto dari kakak Daud [Magai] sangat bagus. Setiap ke Jembatan Merah, saya pasti minta difoto dia,” kata Antoneta Magon, warga Kota Jayapura. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!