Jayapura, Jubi – Bonny Kogoya, 24 tahun, adalah fotografer yang menawarkan jasa pemotretan bagi pengunjung di kawasan Jembatan Youtefa, Kota Jayapura. Bisnis cuan.
Kogoya menekuni usaha jasa pemotretan di kawasan yang sering disebut Jembatan Merah itu sejak satu tahun lalu. Dia memotret setelah pulang kerja. Sehari-hari dia bekerja sebagai staf di prodi teologi di kampus STT Baptis Papua.
Pada suatu hari Kogoya bersama keluarganya pulang dari pantai Holtekamp, singgah di Jembatan Youtefa. Dia melihat banyak fotografer menawarkan jasa pada pengunjung.
” Awalnya saya punya satu kamera jenis EOS 600D tanpa ada bantuan alat seperti slave unit, kabel sinkro, dan payung reflektor. Saya tawarkan pelanggan berputar sepanjang jalan ini kepada pengunjung di Jembatan Youtefa,” ujar Kogoya di sela-sela kesibukannya di Jembatan Youtefa, Senin (20/1/2025) malam. Waktu itu,satu jepretan foto dia patok 5 ribu rupiah. Sekarang, harganya 10 ribu rupiah.
Perlahan, peralatan kameranya mulai dia lengkapi. dia juga merekrut tiga pemuda Papua sebagai karyawan.
Pendapatan total Kogoya serta tiga karyawannya dari hasil memotret di Jembatan Merah, bisa mencapai 1-3 juta rupiah sehari, tergantung ramai tidaknya pengunjung. Pendapatan itu dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menggaji tiga karyawannya.
” Tiga orang ade-ade ini tidak bisa bergantung pada orangtuanya saja, mereka sekarang bisa membayar kebutuhan di kampus dari pendapatan pemotretan, ” ujarnya.
Kogoya berasal dari Lanny Jaya, Papua Pengunungan, selain menjadi staf sebuah kampus, dia juga aktif sebagai pembantu gembala di Gereja Baptis Pengharapan Kamwolker Waena Distrik Heram.
Denny Kogoya, salah satu karyawan yang masih terhitung kerabat, mengakui tadinya dia tidak tahu cara menggunakan kamera.
” Saya bersyukur ketemu kaka Bonny Kogoya, karena saya dari kampung Lanny Jaya datang tidak tahu apa-apa, tetapi setelah Bonny mengajarkan saya untuk memotret dan sekarang saya pegang kamera memotret pengunjung di Jembatan Youtefa. Saya bangga memiliki seorang kaka yang hatinya banyak menolong,” ujarnya.
Meski terlihat mudah, menurutnya pekerjaan ini juga cukup berisiko. kadang dia harus memotret dari tengah jalan untuk memenuhi permintaan sudut pandang atau “angle” dari kliennya. Dari 9-11 kali jepretan, yang dipilih juga hanya beberapa saja. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!