Jayapura, Jubi – Pilamo Hubi, mahasiswa asal Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan akhirnya memilih menunda kuliah selama empat tahun, demi belajar memproduksi kopi siap saji. Mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi atau USTJ ini terpaksa mengambil cuti kuliah sejak 2019 dan baru kuliah kembali pada 2023.
“Saya seharusnya masuk kuliah 2019, karena saya lebih fokus belajar kopi sehingga, mulai kuliah di tahun ini [2023],” katanya saat di temui Jubi di salah satu kantin di dekat kampus USTJ, jalan Sosial, Padang Bulan, Kelurahan Hedam, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua pada Rabu, (13/9/2023).
Dia mengatakan akibat tingginya permintaan dari konsumen kopi instan jenis kapal api di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan sehingga memotivasi dirinya untuk belajar cara memproduksi kopi, mulai dari cara meracik dan juga cara menyajikannya.”Bagaimana caranya supaya, orang di kampung bisa mengosumsi kopi asli, ini yang mendorong saya untuk belajar tentang kopi,” katanya.
Lebih lanjut laki-laki asal Wamena dari Distrik Hubikiak Kabupaten Jayawijaya itu mengatakan, dirinya mulai ikut pelatihan kopi di Wamena sejak 2019 silam. Dia mengatakan, dari keaktifan dan prestasi selama mengikuti pelatihan kopi yang dibuat oleh Gereja Katolik Kristus Jaya, Wamena itu, dari 20 peserta pelatihan, hanya dia yang dinyatakan lulus. Selanjutnya kata dia terus melanjutkan pelatihan pada tahap tahap berikutnya di Jayapura, pada 2020.
Selain itu, Hubi mengatakan pelatihan kopi yang diikutinya tidak didukung dan ditolak oleh orangtunya. Pasalnya orang tua lebih memilih dirinya agar tetap kuliah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi seperti, teman seangkatannya yang saat ini telah menyelesaikan kuliah mereka di perguruan tinggi.
ia mengatakan selalu dan tetap konsisten untuk mengikuti pelatihan kopi sampai tuntas. “Saya berangkat ke Jayapura [Untuk melanjutkan pelatihan kopi] tanpa pamit dan menggunakan uang sendiri,” katanya.
Ia mengakui sempat mengalami kendala lantaran tidak punya biaya pelatihan yang harus dibayar Rp3 juta. “Syukur bisa ketemu kaka Gasper dari [tempat pelatihan] Kedai Meja Kopi. Di meja kopi saya belajar gratis,” katanya.
Dia juga mengatakan, sempat mengikuti Sekolah Barista di Esperto Barista Jakarta pada 2020 silam dan mendapatkan sertifikat barista nasional. “Waktu itu dari Papua ada 4 orang, dari pegunungan saya sendiri,” ujarnya.
Laki-laki kelahiran tahun 2000 itu mengatakan, berbekal keterampilannya, dia sempat terlibat dalam Pekan Olahraga Nasional atau PON XX yang diselenggarakan di Papua pada 2021 silam, saat itu kami mempromosikan kopi Robusta dan Arabika yang berasal dari seluruh tanah Papua. “Balik dari Jakarta langsung terlibat di PON, di stand. Di sana kita promosi kopi dari seluruh Papua,” ujarnya.
Huby mengaku kalua sampai dengan saat ini, ia masih nyambi bekerja di Kedai Meja Kopi, tanpa upah kerja. “Saya bantu dengan tulus tanpa upah, tapi yang penting saya bisa tahu banyak tentang kopi,”katanya.
Dia juga mengatakan, saat ini dia mampu menyajikan beraneka ragam jenis minuman kopi seperti, Americano, Espresso, Latte Cappuccino, Macchiato, Mocha, dan jenis minuman lainnya.
Dia juga mengatakan, bertekad untuk membangun kedai kopi sendiri. Dia mengatakan sejak 2019 setelah mulai mengikuti pelatihan kopi, dia sudah mulai menanam kopi. Saat ini 300 – 500 pohon kopi yang telah ditanam di kampungnya, di Holima, Distrik Hubikiak, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. (*)