Sentani,Jubi – Sejumlah pedagang di Pasar Baru Sentani mengeluh dengan kehadiran belasan hingga puluhan kendaraan roda dua maupun roda empat yang membawa barang-barang jualan seperti sayur mayur, bumbu dapur yang biasa menjadi kebutuhan rumah tangga. Para pedagang menyebutnya “Pasar Bergerak”.
Salah satu pedagang di Pasar Baru Sentani, Nurdin mengatakan kehadiran Pasar Bergerak banyak berdampak kepada barang yang dijualnya saat ini,
“Seperti sayur mayur dan bumbu dapur, rica,tomat,bawang,merica,lada dan lainnya jadi tidak laku terbeli,” ujar Udin, sapaan akrabnya ketika ditemui di tempat jualnya di Pasar Baru Sentani, Selasa (8/8/2023).
Pria paruh baya asal Sulawesi Selatan yang sudah berdagang belasan tahun ini mengisahkan tentang Pasar Bergerak yang marak berkeliaran di Kota Sentani. Pada awal 90an hingga 2000 hanya ada tukang ikan keliling yang berjalan kaki sambil berjualan dengan membawa dua ember berisi ikan puri dan ikan kombong, koulina atau ikan tuna dari rumah ke rumah.
“Sekarang sudah ada motor, mobil pick up, bahkan mobil invova dan avansa dijadikan tempat jual layaknya pasar,” katanya.
Menurutnya, jika hal ini dibiarkan tanpa dibatasi oleh Pemerintah Daerah, maka sia-sia saja upaya dari para pedagang yang setiap hari berjualan di Pasar. Lebih efektif dan efesien bahkan lebih cepat laku barang dagangan yang dibawa langsung ke rumah warga, daripada di Pasar menunggu para pembeli.
“Sama, semua barang yang dijual ini awalnya kita beli di petani, atau nelayan. Ada yang dari Arso, Keerom, Koya, ada juga dari mama-mama yang datang dari Genyem,dan Besum,” ujarnya.
Dampak penjualan, kata ayah dua anak ini, modal kembali dari setiap penjualan sangat lama. Bahkan ada barang yang sudah dibeli harus hancur atau rusak karena tidak laku terbeli. “Tinggal di gudang kelamaan sampai tumbuh tunasnya kembali,” kata Udin.
Hal senada juga disampaikan La Musa, pedagang lainnya yang saat ini berjualan pinang dan sirih di Pasar Baru Sentani.
“Awalnya saya berdagang sayur mayur dan rempah-rempah atau bumbu dapur sebagai pedagang musiman di Pasar baru maupun Pasar lama Sentani. Melihat ramainya pedagang dengan menggunakan kendaraan yang masuk hingga pemukiman warga ( pasar bergerak) setiap hari, niat berhenti berdagang sempat terlintas, namun masih ada peluang lain dengan menjual pinang dan sirih.
“Selain berjualan dipasar baru, pinang dan sirih ini juga dikirim ke Wamena untuk dijual di sana. Jadi, lebih untung banyak berjualan pinang dan sirih daripada sayur mayur serta bumbu dapur,”katanya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Jayapura, Theophilus Tegay ketika dikonfirmasi terkait hal itu, tidak banyak memberi komentarnya. “Perlu ada koordinasi serta pembahasan dengan tim ekonomi daerah,” katanya. (*)