Jayapura, Jubi – Aktivitas Pelabuhan Kota Jayapura yang terus menggeliat menjadikannya sebagai pintu gerbang tersibuk di ujung timur Indonesia. Kinerja operasional Pelindo peti kemas Jayapura terus membaik pasca-merger BUMN Pelabuhan itu sejak 1 Oktober 2021.
Wajah Kota Jayapura, Ibu kota Provinsi Papua, tampak jauh berbeda dengan keberadaan Terminal Peti kemas (TPK) Jayapura yang mulai dioperasikan 1 September 2022. Wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Papua Niugini itu kian sibuk.
Setiap harinya, truk-truk berbadan besar berlalu-lalang keluar masuk area Terminal Peti Kemas di kawasan Jalan Koti, Kota Jayapura. Seolah menandakan aktivitas perekonomian semakin bergairah.
Pelindo Jayapura mencatatkan kinerja progresif tiap tahunnya seperti yang terekam pada data traffic operasional tahunan sejak 2015 hingga semester I tahun 2023.
Pada tahun 2015, enam tahun sebelum merger Pelindo ketika pengoperasian peti kemas dan pelayanan penumpang belum terpisah, arus peti kemas di Pelabuhan Jayapura mencapai 77.150 TEUs (tweenty foot equivalent unit) dengan total volume bongkar muat menyentuh angka 1,06 juta ton.
Jumlahnya bertumbuh pada tahun 2016, arus peti kemas mencapai 88.252 TEUs dengan total volume meningkat menjadi 1,15 juta ton. Intensitas peti kemas kembali melonjak pada tahun 2017 di angka 90.004 TEUs dengan volume bongkar muat 1,26 juta ton. Pada 2018, meningkat 100.755 TEUs dengan volume bongkar muat yang stabil di angka 1,26 juta ton.
Setahun berikutnya, pada 2019, produktivitas kinerja peti kemas Jayapura masih relatif stabil walau sedikit mengalami penurunan di angka 97.488 TEUs dengan volume bongkar muat 1,15 juta ton.
Situasi pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian lesu pada tahun 2020, tak berdampak besar pada kinerja operasional Pelindo peti kemas Jayapura. Arus peti kemas masih produktif di angka 94.779 TEUs dengan volume bongkar muat 1,15 juta ton.
Tahun 2021, bersamaan dengan merger Pelindo, kinerja operasional peti kemas Jayapura kembali meningkat. Hal ini dipengaruhi dengan adanya perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua, di mana angkutan laut menjadi moda transportasi utama yang digunakan untuk mengangkut peralatan penunjang event olahraga nasional itu. Arus peti kemas meningkat di angka 99.072 TEUs dengan lonjakan volume bongkar muat 1,23 juta ton.
“Secara kinerja masih terbilang produktif, walaupun jumlahnya berubah-ubah, tapi masih relatif stabil. Lonjakan terjadi pada tahun 2021 waktu ada pelaksanaan PON XX di Papua, itu arus operasional kita sangat padat sekali,” kata Asisten manajer perencanaan, pengendalian dan pengelolaan operasi Pelindo peti kemas Jayapura, Jefri Rumbino kepada Jubi, Rabu (6/9/2023).
Pada pengoperasian perdana TPK Jayapura, tahun 2022, traffic arus peti kemas mencapai 95.000 TEUs dengan volume bongkar muat di angka 802.394 ton.
Hingga semester I tahun 2023, traffic operasional SPTP Jayapura sudah menembus 36.000 TEUs.
“Akhir tahun nanti ini kita optimistis bisa menembus 90 ribuan TEUs. Kondisi ini mungkin dipengaruhi dari masa pemulihan ekonomi Papua pasca PON XX,” ujar Rumbino.
Pintu Gerbang Perekonomian Hinterland
Aktivitas pelabuhan peti kemas Jayapura yang kian padat membuat Pelindo Regional 4 Jayapura harus menambah luas lahan untuk menampung peti kemas dengan kapasitas besar.
Kini, luas lahan Terminal peti kemas Jayapura seluas 31.565m2, setelah dilakukan reklamasi lahan seluas 3.000m2 pada tahun 2019.
Pelindo peti kemas Jayapura sudah dilengkapi dengan sejumlah peralatan bongkar muat pendukung operasional di antaranya 2 unit crane peti kemas, 4 unit Rubber Tired Gantry (RTG), 3 unit Reach Staker, 2 unit Forklift, 4 unit head truck, 4 unit tronton, 1 unit crane darat, 1 tugboat (kapal tunda) dan 1 kapal pandu.
Padatnya aktivitas peti kemas Jayapura, karena pelabuhan ini menjadi pintu masuk keluar distribusi barang wilayah hinterland 14 Kabupaten dan Kota, yakni Kota dan Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi, Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah, Jayawijaya, Lanny Jaya, Pegunungan Bintang, Puncak, Puncak Jaya, Tolikara, Yahukimo, Nduga dan Yalimo.
Rumbino mengatakan, pelabuhan Jayapura kini menjadi pintu gerbang tersibuk yang berada di ujung Timur Indonesia, khususnya di Pulau Papua.
“Pelabuhan Jayapura ini untuk di wilayah ujung timur Indonesia, khususnya di Papua, menjadi yang tersibuk dibanding daerah lainnya. Kalau di pelabuhan lain itu dalam setahun trafficnya diangka 50 ribuan, tapi di Jayapura bisa mencapai 100 ribuan. Memang sangat sibuk sekali, karena kita secara pelayanan keluar distribusi barang itu kan melayani hingga wilayah hinterland, 14 Kabupaten Kota,” katanya.
Ia menyebut komoditi yang mendominasi arus keluar yakni kayu, CPO (minyak kepala sawit) dan kernel. Sedangkan barang masuk didominasi oleh sembako, material konstruksi, kendaraan dan semen.
“Komoditas bongkar muat kalau barang masuk itu kita lebih banyak bahan bangunan dan sembako. Di pelabuhan Jayapura ini lebih banyak barang yang masuk. Perbandingannya itu kalau satu kapal masuk 100 persennya penuh,” sebutnya.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, produktivitas peti kemas di terminal peti kemas Jayapura juga turut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Papua pada tahun 2022 dan triwulan I 2023.
Ekonomi Papua pada tahun 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 8,97 persen (c-to-c), di mana pertumbuhan terbesar dari sektor transportasi pergudangan sebesar 16,85 persen yang dipicu oleh meningkatnya volume bongkar muat.
Pada triwulan I tahun 2023, sektor transportasi pergudangan juga mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 10,01 persen yang juga disebabkan oleh meningkatnya jumlah barang muat.
Operasional 24 Jam
Mensiasati agar tidak terjadi penumpukan di area terminal peti kemas Jayapura, operasional 24 Jam dalam 7 hari akhirnya diberlakukan. Hal itu juga sejalan dengan upaya Pelindo mentransformasi pelayanan pasca merger, di mana salah satu tujuannya yakni efisiensi waktu, memperpendek waktu sandar kapal (port stay) dan cargo stay. Sehingga dapat memangkas biaya logistik.
Pelindo Jayapura sudah menerapkan operasional 24 jam sejak lama, hanya saja ada toleransi waktu di hari minggu yang bertepatan dengan hari ibadah umat nasrani.
“Sudah berjalan sejak lama, cuma 24 jam ini sebelumnya belum berjalan sepenuhnya, karena hari minggu kita tidak kerja, dari jam 4 subuh kita stop kegiatan, sampai jam 1 siang baru kita mulai kegiatan. Tapi kalau kita tidak melakukan kegiatan ada waktu port stay yang panjang yang bisa mempengaruhi produktivitas,” ujar Rumbino.
Setelah berkomunikasi dengan masyarakat adat setempat dan Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Jayapura, Pelindo Jayapura kemudian mengantongi izin dari Pemerintah Kota Jayapura per tanggal 1 Juni 2023 sebagaimana tertuang dalam Surat Dinas Perhubungan Kota Jayapura nomor: 550/324 tanggal 25 Mei 2023 perihal persetujuan pelaksanaan kegiatan 24 jam/7hari di Pelabuhan Jayapura.
“Khusus hari minggu ini hanya pada saat ada kapal, kalau ada delivery pengeluaran dan pemasukan barang itu tetap berjalan jam 1 siang seperti biasa, tapi kalau kapal masuk pagi jam 7-8 itu kegiatannya tetap pagi. Tapi kita atur agar tidak menggunakan banyak alat. Ada beberapa gereja di sekitar pelabuhan juga jadi kita sesuaikan dengan kondisi,” katanya.
Adanya penyesuaian waktu tersebut disambut baik oleh pengguna jasa pelayaran angkutan niaga di Jayapura.
Kepala Cabang PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Slamet Sampurno yang juga sebagai Ketua DPC Indonesian National Shipowner’s Association (INSA) atau organisasi pengusaha perusahaan pelayaran angkutan niaga Jayapura mengatakan hal tersebut akan berdampak pada waktu sandar kapal yang semakin cepat.
Dengan penyesuaian waktu kerja, bongkar muat dapat diselesaikan lebih cepat dan kapal dapat langsung berlayar menuju tujuan selanjutnya.
“Selama ini ada waktu untuk menunggu kurang lebih 8-9 jam, di mana kegiatan bongkar muat benar-benar terhenti pada hari minggu, biasanya kegiatan berhenti minggu dini hari pada pukul 04.00 WIT dan baru mulai lagi pukul 13.00 WIT,” kata Slamet.
Ia mengatakan, kinerja bongkar muat pada tahun 2021 berkisar 26 boks setiap jam (B/S/H) kini berkisar rata-rata 32 boks setiap jam. Salah satu kapal yang dikelola pelayaran PT SPIL bahkan menyelesaikan bongkar muat peti kemas sebanyak 650 boks dalam waktu kurang lebih 11 jam.
General Manager PT Pelindo Regional 4 Jayapura, Sonny Uktolseya mengatakan sebagai operator terminal peti kemas di Indonesia, Subholding Pelindo Terminal Peti kemas (SPTP) melakukan standarisasi pelayanan area terminal peti kemas secara bertahap dan menjadi prioritas perusahaan dalam memberikan pelayanan optimal dan efisien.
“Termasuk di wilayah paling ujung Timur Indonesia ini, pelabuhan Jayapura. Semoga dengan transformasi ini dapat menghadirkan dampak yang signifikan pada aktivitas bongkar muat,” kata Sonny.
Berantas Pungli
Pasca merger Pelindo, pelayanan terminal peti kemas terus dipoles menjadi lebih baik.
SPTP melakukan transformasi pelayanan berbasis digital dalam satu aplikasi bernama Integrated Billing System (IBS).
IBS adalah sebuah portal layanan jasa kepelabuhanan berbasis online yang terintegrasi dengan Perbankan untuk transaksi secara elektronik, tujuannya memudahkan pengguna jasa dalam melakukan transaksi layanan jasa kepelabuhanan dengan waktu dan biaya pengajuan yang lebih efisien.
“Sangat berdampak pada sisi efisiensi waktu. Jadi sebenarnya performa kinerja di pelabuhan Jayapura ini semakin membaik dibanding tahun-tahun sebelumnya,” kata Rumbino.
Lewat pelayanan aplikasi ini, para pengguna jasa tak perlu repot-repot mengantre di loket dan juga diyakini dapat menangkal pungutan liar.
“Adanya pelayanan IBS ini sangat baik, teman-teman pengusaha tak perlu mengantre bahkan kita sudah tidak ada pungutan liar. Betul-betul sangat berdampak, teman-teman pengusaha ekspedisi ini sangat senang karena mereka bisa di mana saja bertransaksi untuk aktivitas barang, prosesnya lebih cepat, aman dan mudah dibanding dengan yang dulu,” ujar Rumbino.
Aplikasi IBS disebut mempermudah para pengguna jasa dalam mengakses layanan TPK Jayapura. PT Serakoy Raya sebuah perusahaan ekspedisi di Jayapura melalui perwakilan perusahaan Ernest Montolalu mengatakan keberadaan IBS mampu menghilangkan pungli di TPK Jayapura.
“Sebelumnya ketika kami akan mengurus proses delivery peti kemas harus mengantri di loket, masih manual, semakin banyak peti kemas, prosesnya akan semakin lama,” kata Ernest dikutip dari laman resmi Pelindo.
Proses tatap muka rawan terjadi kekeliruan, karena proses verifikasi masih dilakukan secara manual. Hal ini juga memakan waktu yang cukup lama. Tak jarang, untuk mempercepat proses tersebut, sejumlah pengguna jasa rela mengeluarkan biaya tambahan sebagai imbalan bagi petugas.
Dengan adanya IBS, seluruh proses dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Lebih ringkas, mudah, cepat, dan bebas dari pungutan liar apapun.
Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) Widyaswendra mengatakan perseroan memiliki komitmen yang kuat berkaitan dengan layanan terminal peti kemas yang bersih dari segala bentuk kecurangan termasuk pungli.
Sistemasi dan digitalisasi disebut menjadi salah satu cara yang diterapkan oleh SPTP. Selain itu, pihaknya menyebut serangkaian sosialisasi dan informasi mengenai komitmen Pelindo Bersih juga disampaikan kepada para pengguna juga maupun stakeholder perusahaan.
“Jika menemukan kecurangan dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh pihak PT Pelindo Terminal Petikemas di lokasi manapun, para pengguna jasa, pemangku kepentingan, dan masyarakat dapat mengadukan melalui saluran resmi https://pelindobersih.whistleblowing. link/ atau nomor whatsapp 08119332345. Kami menjamin rahasia pelapor,” kata Widyaswendra.
Sebagaimana yang dirintis oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, penggabungan atau peleburan PT Pelindo bertujuan untuk transformasi operasional melalui standarisasi dan sistemisasi pelabuhan yang ditunjang dengan peningkatan kapabilitas SDM yang akan berdampak pada peningkatan kinerja dan produktifitas pelabuhan.
“Merger terbukti mempermudah koordinasi pengelolaan pelabuhan di seluruh Indonesia. Dampaknya, kontribusi terhadap negara melalui dividen, konsesi, PNBP, dan pajak penghasilan juga meningkat signifikan,” kata Thohir dikutip dari siaran pers di laman resmi Pelindo.
Erick Thohir meyakini, merger Pelindo dapat meningkatkan posisi BUMN pelabuhan itu menjadi operator terminal peti kemas peringkat ke delapan di dunia.
Hadirnya TPK Jayapura merupakan upaya Pelindo menggencarkan transformasi pelayanan pasca merger. Bertahap, kinerja dan produktivitas urat nadi perekonomian Papua ini kian progresif. (*)