Manokwari, Jubi – Isu pendidikan gratis kerap menjadi bahan di setiap momen Pemilu, baik oleh calon kepala daerah maupun calon legislatif yang hendak maju di DPRD di Manokwari maupun Tanah Papua.
Akademisi Universitas Cendrawasih DR James Mandouw mengatakan, pendidikan ada empat jalur, pertama pendidikan formal dan kedua pendidikan non formal lalu ketiga pendidikan Informal dan ke empat merupakan pendidikan di dunia maya.
“Jadi yang perlu kita pahami bahwa pendidikan itu tidak hanya dimaknai sebagai sebuah aktifitas atau proses di bangku sekolah, didalam keluarga pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak itu merupakan pendidikan informal, lantas siapa yang biayai itu?” kata James selalu pemateri dalam kegiatan jurnalis kawal Otsus di Manokwari, Papua Barat, Sabtu (16/9/2023).
James Mandouw menjelaskan proses saling mempengaruhi dalam pergaulan itu juga merupakan bagian dari pada pendidikan sehingga ketika berbicara soal biaya, lantas siapa yang dapat membiayai hal itu.
“Jadi hal yang paling tepat dibahasakan yakni pembebasan biaya sekolah, bukan pendidikan gratis yang sedang digaungkan selama ini,” tuturnya.
Sehingga selama ini yang digaungkan tentang pendidikan gratis adalah sesuatu yang salah kaprah.
“Jadi selama ini digunakan oleh para politisi tentang pendidikan gratis itu pencitraan yang membodohi masyarakat,” tegasnya.
Dalam kegiatan yang digagas oleh wahana visi Indonesia yang berkolaborasi dengan USAID Kolaborasi Project menghadirkan tiga narasumber yang membicarakan masalah pendidikan dan kesehatan kepada pilihan jurnalis di Papua Barat dan Jurnalis di Papua Barat Daya yang mengikuti secara daring.
DR James Mandouw, hadir dalam kegiatan itu membawa materi tentang strategi dan formula kebijakan untuk pendidikan bagi orang asli Papua dan GEDSI di era otonomi khusus Papua. Sedangkan Akademisi Universitas Papua DR Obaja Fenetiruma, membawakan materi tentang Dinamika Dunia Pendidikan bagi orang asli Papua dan GEDSI Papua di era Otonomi khusus.
Sedangkan untuk isu kesehatan, Riestyani Manuputty yang membawa materi tentang pelayanan kesehatan bagi orang asli Papua dan GEDSI Papua di era Otonomi khusus, kemudian Adolof Z.D Siahaay membawa materi tentang anggaran dan penyusunan untuk pendidikan dan kesehatan bagi orang asli Papua dan GEDSI Papua di era Otonomi khusus.(*)