Oleh: Siorus Degei
Sebelum lebih dalam memaknai spiritualitas enago dalam lembaran ziarah perjuangan menuju Papua Tanah damai, penulis hendak mereferensikan dulu bagaimana Lucky Dube merefleksikan perjuangan bangsa Afrika Selatan memperjuangkan kebebasan atas bangsa kulit putih (Inggris) sebagai kapitalis, kolonialis dan imperialis melalui lagu-lagu reggaenya.
Lucky Dube, You Stand Alone: “Wahyu Reggae” bagi pejuang sejati
Lucky Philip Dube (diucapkan duu-beh; 3 Agustus 1964 – 18 Oktober 2007) adalah seorang musisi reggae dan rastafarian Afrika Selatan, yang dianggap sebagai salah satu musisi terpenting dalam sejarah musik Afrika. Dia juga salah satu musisi reggae terbesar sepanjang masa. Selain sebagai musisi reggae fenomenal, Lucky juga merupakan seorang pejuang kebenaran, keadilan, kedamaian, kebebasan, kemanusiaan dan kemerdekaan bangsa Afrika Selatan melalui musik reggae.
Lucky Dube dan para musikus reggae sebelumnya, seperti Bob Marley dan sesudahnya di Afrika memaknai musik reggae sebagai simbol perlawanan, pergerakan dan perjuangan kepada rezim kolonialisme, kapitalisme, imperialism, dan liberalisme.
Lucky Dube yang lahir di Afrika Selatan, tetapi dihormati secara global ini merekam 22 album dalam bahasa Zulu, Inggris, dan Afrika dalam periode 25 tahun, dan merupakan superstar reggae terlaris di Afrika Selatan hingga sekarang. Dube dibunuh di Rosettenville, pinggiran kota Johannesburg pada malam hari, 18 Oktober 2007.
Untuk mempertegas gagasan penulis di atas, maka berikut ini penulis merefleksikan sebuah lagu reggae yang cukup melegenda dan menyejarah dari seorang penyanyi reggae fenomenal, yang mendapatkan gelar sebagai “the king of reggae music” (raja musik reggae), yakni Lucky Dube, dengan lagunya yang berjudul You Stand Alone (kamu berdiri sendiri).
Berikut cuplikan lagunya beserta terjemahannya:
Liar, liar, your pants are on fire
You’ve got a nose as long as a telephone wire
I swear to tell the truth
Nothing but the truth, so help me God
I cross my heart and hope to die
These are the words we use
To get out of situations
Then I wonder why, we don’t mean what we say
Then I remembered the terrible truth
About the truth
If you stand for the truth
you will always stand alone (6x)
The Holy Book tells us
The truth will set us free
But in this world I know different
Do you believe in the truth
Do you believe in righteousness
Do you believe in innocent till proven guilty
Are always on the run – oh God
Then I wonder why, we don’t mean what we say
Then I remembered the terrible truth
About the truth
If you stand for the truth, you will always stand alone (6x)”.
Terjemahan bebas penulis:
Pembohong, pembohong, celanamu terbakar
Anda punya hidung sepanjang kabel telepon
Aku bersumpah untuk mengatakan yang sebenarnya
Tidak ada yang lain selain kebenaran, jadi tolonglah aku Tuhan
Aku menyilangkan hatiku dan berharap untuk mati
Ini adalah kata-kata yang kami gunakan
Untuk keluar dari situasi
Lalu saya bertanya-tanya mengapa, kami tidak bersungguh-sungguh dengan apa yang kami katakan
Kemudian saya teringat kebenaran yang mengerikan
Tentang kebenaran
Jika Anda membela kebenaran
Anda akan selalu berdiri sendiri (6x)
Kitab Suci memberi tahu kita
Kebenaran akan membebaskan kita
Tapi di dunia ini aku tahu berbeda
Apakah Anda percaya pada kebenaran
Apakah Anda percaya pada kebenaran
Apakah Anda percaya tidak bersalah sampai terbukti bersalah
Selalu dalam pelarian – ya Tuhan
Lalu saya bertanya-tanya mengapa, kami tidak bersungguh-sungguh dengan apa yang kami katakan
Kemudian saya teringat kebenaran yang mengerikan
Tentang kebenaran
Jika Anda membela kebenaran, Anda akan selalu berdiri sendiri (6x)”.
Lagu Lucky Dube hendak menegaskan bahwa seorang pejuang kebenaran itu selalu sendirian. Bahwa orang yang paling kesepian, hening dan sunyi dalam kehidupan ini adalah mereka yang mengorbankan segalanya hanya untuk tegaknya sebuah nilai kebenaran, keadilan, dan kedamaian bagi banyak orang.
Lagu Lucky Dube tersebut juga terinspirasi dari sejarah perjuangan bangsa Afrika Selatan, dari penjajahan Inggris dan praktik politik apartheid.
Apartheid adalah sistem undang-undang, yang mendukung kebijakan segregasi kepada warga nonkulit putih di Afrika Selatan. Kebijakan ini hadir di abad ke-20 setelah Partai Nasional mendapat kekuasaan. Bahwa ada suatu tatanan masyarakat di Afrika Selatan yang sangat fasis dan rasis. Orang kulit hitam Afrika dipandang secara rasial dan diskriminatif sebagai bangsa nomor dua, sedangkan bangsa kulit putih sebagai bangsa kelas satu.
Yesus sebagai “enago sejati”
Dalam iman Kristiani, Yesus Kristus diimani sebagai benar-benar Allah dan benar-benar manusia. Sebagai Allah Yesus bertugas sebagai penyelamat dunia, penebus dunia, raja damai dan keselamatan, nabi kebebasan, kebenaran, keadilan, kemanusiaan dan kemerdekaan, imam yang kudus dan bersahaja.
Sebagai manusia, Yesus tampil sebagai sosok yang penuh cinta kasih, penuh pengampunan, murah senyum, panjang sabar, kritis, tegas, dan revolusioner. Bersambung. (*)
Penulis adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur Abepura