Jayapura, Jubi – Agaknya salah satu ungkapan yang pernah dibilang oleh jurnalis senior di Timika, Julius Oktovianus Lopo, tentang singkatan AIDS. Waktu saat hendak menulis tema soal AIDS langsung dia bilang sebenarnya AIDS itu adalah “Allah Ingin Dunia Selamat.” Hal itu kemudian menjadi salah satu tulisan tajuk rencana atau di dalam harian pagi di Timika Pos disebut Salam Timika.
Sebagai seorang pemimpin redaksi harian pagi di Timika, kota tambang terbesar di dunia, memang tak segampang membalik sebuah telapak tangan. Mulai dari pemberitaan sampai dengan jurnalis yang menerima amplop langsung dipecat kala itu.
Bahkan pernah pula Julius Lopo sebagai pemred harus berhadapan dengan pembaca yang menuntut ganti rugi atas nama baik. Padahal media sudah melakukan hak jawab dan permohonan maaf, tetapi tuntutan ganti rugi sebesar Rp1 miliar pun diminta. Jurnalis kelahiran 58 tahun lalu di Kupang itu terus melakukan pendekatan dan negosiasi sehingga akhirnya disetujui dan hanya membayar Rp5 juta saja.
Belum lagi para jurnalis foto tak bisa seenaknya mengeluarkan kamera dan memotret wajah orang atau peristiwa.
Maklum saat itu hanya ada surat kabar Timika Pos, berikutnya hadir pula Radar Timika group JPNN. Kini kedua media perintis di Kota Timika tinggal kenangan dan sudah tutup dan tidak terbit lagi.
Dua media itu hanya melahirkan para jurnalis yang kini memimpin media di sana, Marthen Moru pemimpin harian pagi Timika Expres, Mustafa pemimpin media online Fajar Papua di Timika, Husein pemimpin media online Timika Bisnis, dan masih banyak lagi.
Mungkin di Timika menjadi salah satu kota dengan media online terbanyak termasuk media online Seputar Papua.
Itu sebagian memori indah bersama Julius Lopo, mantan pemimpin redaksi harian pagi Timika Pos, sebuah media milik Kompas Gramedia Group di Timika Papua. Dia datang dari Bandung setelah menjadi pemimpin redaksi Metro Bandung bersama rombongan wartawan baru dari Pos Kupang pada Juli 2000. Ia pernah pula menjadi pemimpin redaksi TOP TV di Jayapura hingga akhirnya kembali ke Timika dan mendirikan Golden TV di Timika. Setelah di media TV, Julius Lopo kembali ke Salam Timika dan menjadi pemred di harian tersebut serta mengakhiri kariernya di situ.
Kepergian Julius O Lopo menghadap Sang Pencipta, jelas cukup mengagetkan para jurnalis. Bahkan Stevie Dumbon mantan jurnalis TV RCTI menyebutkan merasa kehilangan teman rasa saudara kepada Julius Lopo dalam akun pribadi Facebook-nya.
Julius Oktovianus Lopo meninggal di Rumah Sakit Umum Mimika pada Sabtu (28/8/2022) malam setelah mendapat perawatan medis karena sudah lama menderita sakit. Istrinya sudah enam tahun lalu meninggal. Mendiang Julius Lopo memiliki dua anak.
“Om Toby (mantan redaktur Timika Pos) bilang jenazah akan dimakamkan di Kupang,“ tulis Miskan, salah satu mantan layouter di koran Timika Pos dan harian pagi Tribun Kaltim, saat dihubungi jubi.id via WhatsApp, Minggu (29/8/2022) malam.
Mendiang Julius Oktovianus Lopo menyelesaikan pendikannya di Kupang, dengan menyandang gelar sarjana theologia dan menekuni pekerjaannya sebagai seorang jurnalis. Ia hanya menulis dan menuang ide dalam sebuah tajuk rencana termasuk “Allah Ingin Dunia Selamat” dalam sebuah singkatan penyakit AIDS. Selamat jalan kawan rasa saudara. (*)