Merauke, Jubi – Dua hari setelah ditahbiskan, RD Stefanus Mahuze memimpin Misa perdana di paroki asalnya yakni Gereja Sang Penebus Kampung Baru, Kelurahan Rimba Jaya, Merauke, Papua Selatan pada Senin (22/1/2024) sore.
Misa perdana oleh imam baru itu dihadiri oleh seribuan umat Katolik setempat. Perayaan Misa juga dihadiri Sekda Merauke, Yeremias Paulus Ruben Ndiken serta sejumlah pejabat daerah.
Sebelumnya, RD Stefanus Mahuze bersama RD Wilfridus Fallo dan RD Simon Petrus Laian ditahbis menjadi imam baru oleh Uskup Petrus Canisius Mandagi MSC di Gereja Katedral Merauke pada Sabtu, 20 Januari 2024.
Pastor yang memiliki motto “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” merupakan putra asli Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Ia memilih menjadi Imam , Katolik karena adanya motivasi menjalani panggilan hidup untuk melanjutkan karya misi Katolik di Tanah Papua.
Pastor Stefanus Mahuze dengan tekad bulat menapaki perjalanan pastoral dengan masuk Seminari Pastor Bonus KAMe (2007-2010). Kemudian melanjutkan tahun orientasi rohani St Paulus Nabire (2010-2011), Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru dan STFT Fajar Timur Abepura (2011-2015).
Selanjutnya dia mengikuti tahun orientasi pastoral di St Wilhelmus Arare selama setahun, lalu mengikuti tahun orientasi karya di Paroki Kristus Raja Kimaam (2016-2017), kolese St Ignatius Kotabaru Yogyakarta selama dua tahun, program magister teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2020), dan pastoral mahasiswa/i Papua dari wilayah adat Animha kota studi Yogyakarta (2019-2022).
RD Stefanus Mahuze dalam khotbahnya mengisahkan perjalanan hidup dia sebagai pastor berawal dengan menjadi misdinar di Gereja Sang Penebus pada 2004 silam. Benih panggilan imamatnya tumbuh setelah membaca buku sejarah gereja Katolik di Tanah Papua. Buku tersebut mengisahkan tentang karya-karya gereja melalui para misionaris.
“Saya sebagai imam baru Keuskupan Agung Merauke itu semua berkat doa dan dukungan dari keluarga dan umat Allah terkasih di Paroki Sang Penebus Kampung Baru. Terima kasih banyak kepada kita semua,” kata Stefanus.
“Penantian panjang itu dimulai dari gereja ini. Pada 2004, setelah sambut baru besoknya saya langsung mendaftar jadi misdinar. Di saat menjadi misdinar itu rupanya muncul benih panggilan di situ,” sambungnya.
Pastor Stefanus menyatakan bahwa menapaki panggilan Tuhan tidak selamanya mulus. Banyak tantangan dan cobaan dalam menjalani tahapan dan proses untuk menjadi seorang imam. Namun dia secara pribadi memiliki kunci untuk menghadapi ujian iman, yakni dengan menanggalkan kesombongan, rendah diri dan bersujud di hadapan Tuhan.
“Banyak cobaan, ada rasa putus asa, cemas dan sebagainya. Untuk bisa memahami kehendak Allah kita harus rendah hati, kita harus sujud. Rendah hati menjadi titik awal kita berjumpa dengan Tuhan, kita mendengarkan suara Tuhan, kita disapa oleh Tuhan, dan kemudian kita diselamatkan,” ujarnya.
Pastor Stefanus menambahkan, semua orang punya kesempatan untuk menapaki panggilan Tuhan dengan cara dan karya masing-masing. Secara khusus dia mengajak generasi muda Katolik untuk menapaki panggilan Tuhan.
“Seluruh hidup saya sepenuhnya saya serahkan kepada Tuhan. Tugas Saya hanyalah menjalankan apa yang Tuhan kehendaki. Mohon doanya buat saya untuk perjalanan selanjutnya dalam melaksanakan karya-karya gereja ke depan,” tutup Pastor Stefanus. (*)
Discussion about this post