Jayapura, Jubi – Presiden Sinode Gereja Injili Indonesia (GIDI), Pdt Dorman Wandikbo, menyampaikan permohonan maaf atas insiden kericuhan yang terjadi pada prosesi pengantaran jenazah almarhum Lukas Enembe di Sentani.
Wandikbo juga meminta maaf atas insiden yang membuat Pj Gubernur Papua, Ridwan Rumasukun terluka di bagian kepala saat mengantarkan jenazah. Hal itu dia sampaikan dalam pidato di lapangan GIDI STAKIN Sentani, tempat jenazah Gubernur Papua dua periode, Lukas Enembe disemayamkan.
Ridwan Rumasukun saat ini mendapatkan perawatan di RS Dian Harapan,Waena, Kota Jayapura. Berikut rangkuman pidato Pdt Dorman Wandikbo, sebagaimana dikutip dari video siaran langsung Pemprov Papua, prosesi ibadah penyerahan dan pelepasan jenazah Lukas Enembe;
“Bapak ibu sekalian, dalam kesempatan pidato ini, saya menyampaikan permohonan maaf, kepada bapak Pj Gubernur yang saat ini ada di rumah sakit dengan istri, dengan supirnya Kapolda dan semua kerusakan yang terjadi , itu di luar tanggung jawab kami dan dugaan kami, kami mohon maaf sebesar besarnya dari hati yang paling dalam, kami ingin menghargai dan menghormati bapak (Lukas enembe) yang cinta damai, menembus perbedaaan, dan nilai nilai memori yang dia tanam di tanah Papua tidak akan pernah hilang
Hari ini kita menuju ke Koya dan lakukan pemakaman di sana, saya minta dengan hidmat, dengan rendah hati, ketua ketua senat, tolong mengkoordinir dengan berkomunikasi dengan anak buah dengan tertib, dengan jalan yang damai, supaya kami dihargai oleh Tuhan, dan dihargai oleh orang yang memusuhi kita, penghargaan itu datang dengan hati yang sangat tulus, nilainya sangat besar tidak bisa dapat dibeli dengan miliaran rupiah, tetapi saat kita melakukan tindakan kekerasan, maka yang datang adalah kita tinggal di tirai besi, dan tidak ada satu pun yang bisa membebaskan kita. Orang yang selama ini pemberani dan untuk membebaskan kami dari tirai besi hari ini sudah mati dan karena itu saja minta dengan hormat, kita akan mengantar hambaNya, di Koya dengan aman dengan baik. Karena hari ini dia bukan lagi gubernur, kenapa kita harus bawa dia dan taruh dia di sini, kenapa kami Gereja minta hari ini di sini, karena dia sudah tidak menjadi gubernur, dia ini masyarakat biasa, baru dia meninggal, hargailah dia, hormatilah dia.
Saya harap orang bikin kacau itu di luar dari dugaan kami, kami mau Papua diberkati Tuhan dan Papua tidak akan hilang dari orang hitam dan keriting, kalau kami menghargai tuhan. Karena itu yang terakhir kuatkanlah keluarga semua, mama terkasih, Ibu Yulce Wenda (istri almarhum Lukas Enembe-red) dengan anak- anak yang Tuhan taruh , yang Tuhan titipkan menjadi Mama Papua, dengan anak anak yang menjalani proses dari sidang ke sidang sampai dengan hari ini …
Yang kedua menyampaikan terimakasih, keluarga besar Suku Tabi, yang menyediakan tanah Koya, dan tanah itu kita bisa memakamkan almarhum bapak Lukas Enembe, .. dengan seluruh Ondoafi dan seluruh hamba-hambaNya saya menyampaikan sebagai pimpinan gereja… terimakasih keluarga besar Suku Tabi, ….. kami juga menyampaikan terimakasih untuk doa restu yang disampaikan semua orang yang saya tidak hitung satu persatu, tetap untuk menolong dan mensukseskan untuk membawa jenazah .. (*)
Dominggus Mampioper dan Theo Kelen turut berkontribusi dalam berita ini