Jayapura, Jubi – Mahasiswa Yahukimo di Kota Jayapura meminta agar Pemerintah Kabupaten Yahukimo memperhatikan kondisi warga yang sedang mengungsi ke Dekai. Para warga itu mengungsi ke Dekai untuk menghindari eskalasi konflik bersenjata antara kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat dan aparat keamanan TNI/Polri di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan.
Mahasiswa Yahukimo, Edius Bayage mengatakan kondisi warga yang mengungsi ke Dekai sangat memprihatinkan. Bayage mengatakan warga yang mengungsi kurang mendapat pelayanan kesehatan maupun bahan makanan.
“Saat ini orangtua kami sedang mengungsi. Sementara ini mereka berada di empat lokasi [di Dekai]. Ada beberapa warga yang sakit, tapi belum mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Kami minta Bupati dan Dinas Kesehatan memberikan jaminan kesehatan yang baik terhadap masyarakat,” kata Bayage dalam keterang tertulis yang diterima Jubi pada Rabu (20/9/2023) siang.
Para warga yang mengungsi ke Dekai itu berasal dari Muara Bontoh, wilayah permukiman yang terletak di pinggiran Distrik Dekai. Warga yang bermukim di Muara Bontoh sebenarnya adalah warga yang sejak 2019 mengungsi dari sembilan distrik berbeda karena konflik antar warga pada tahun itu.
Sejak 21 Agustus 2023, mereka terpaksa mengungsi lagi ke Dekai untuk menghindari eskalasi konflik bersenjata antara kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan aparat keamanan TNI/Polri. Eskalasi konflik bersenjata itu terjadi pasca penyerangan Pos Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan atau Satgas Pamtas Yon 7 Marinir TNI AL di Kampung Baru, Distrik Dekai, yang menewaskan prajurit Marinir, Pratu Agung Pramudi Laksono (27). Pada 1 September 2023, Pemerintah Kabupaten Yahukimo memberikan bantuan 3 ton beras dan uang Rp10 juta kepada para pengungsi dari Muara Bontoh itu.
Bayage mengatakan para warga Muara Bontoh meninggalkan rumah mereka, dan tidak bisa memenuhi sendiri berbagai kebutuhan mereka di pengungsian. “Pemerintah harus memperhatikan masyarakat yang sedang mengungsi. Mereka punya kesehatan, makan minum hingga pakaian,” ujarnya.
Ketua Asrama Putra Yahukimo, Beni Pahabol mendesak agar Pemerintah Kabupaten Yahukimo segera melakukan penanganan terhadap warga yang mengungsi tersebut. Pasalnya, sudah ada bayi pengungsi berumur 1 tahun yang meninggal dunia pada tanggal 13 September 2023.
Pahabol mengatakan mahasiswa Yahukimo mendesak agar Pemerintah Kabupaten Yahukimo memberikan memberikan jaminan hidup yang baik dan pelayanan kesehatan bagi warga yang saat ini mengungsi ke Dekai. Mahasiswa Yahukimo juga mendesak agar tidak ada pengiriman pasukan ke Yahukimo. “Stop pendropan [atau mengirim TNI/Polisi] ke Yahukimo,” ujarnya. (*)