Jayapura, Jubi – Pihak Gereja menyebut, selain Distrik Paro, terdapat empat distrik lain yang ikut terdampak hingga membuat masyarakat kampung harus mengungsi pascaperistiwa pembakaran pesawat Susi Air yang berujung penyanderaan pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens, 37 tahun, warga berkebangsaan Selandia Baru, pada Selasa, 7 Februari 2023 lalu.
Keempat distrik yang berdekatan dengan distrik Paro adalah Yuguru, Geselama, Yenggelo dan Mapenduma.
Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua, Pdt. Tilas Moom, M.Th mengatakan, respon masyarakat untuk mengungsi ke daerah lain hingga lintas kabupaten itu, berangkat dari trauma masa lalu yang melibatkan konflik bersenjata antara pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)-Organisasi Papua Merdeka (OPM).
“Umat kami, baik dari Kingmi di Tanah Papua dan GKII, tersebar di kampung-kampung dan distrik-distrik itu. Begitu masalah itu (penyanderaan), mereka tahu harus lari ke daerah yang aman. Mereka jalan kaki lewat hutan-hutan itu, ke ibukota (Kenyam) atau bisa sampai ke Wamena, Timika. Karena pengalaman dulu, seperti di Mapenduma tahun 1996, penyanderaan juga dan operasi militer kejar OPM (TPNPB), itu rumah-rumah umat kami hancur, kebun-kebun hancur, babi ternak mati. Gereja-gereja juga hancur. Pendeta dan umat kami juga dapat tembak, mati. Jadi pengalaman itu buat umat gereja kami selalu takut jadi pasti lari ke daerah lain, seperti Timika atau Wamena,” kata Pdt. Tilas Moom, di Jayapura, Jumat (17/02/2023).
Pdt. Tilas menjelaskan, berdasarkan laporan dari Koordinator Gereja Kingmi Kabupaten Nduga, Pdt. Eliazer Tabuni di Kenyam, pihaknya mengalami kendala untuk memantau dan mendata umat gereja dari distrik-distrik lain yang sudah meninggalkan tempat mereka beberapa hari pasca penyanderaan pilot Susi Air tersebut.
Pdt. Tilas menjelaskan, upaya masyarakat mengungsi melalui tiga jalur tujuan. Pertama, warga dari distrik Paro ke Kenyam. “Yang jalur ini, mereka harus keluar dari Paro baru bisa pakai mobil dan jemputan heli. Mereka yang sudah ada di pos pengungsi dan rumah keluarga di Kenyam,” jelasnya.
Jalur kedua dan ketiga, warga keluar dari Paro ke Agimuga untuk tujuan Timika dan Paro ke Mapenduma untuk jalur ke Wamena.
“Dulu masih bisa komunikasi. Sekarang kami belum tahu mereka posisi dimana. Apakah sudah di Agimuga atau sudah di Timika. Lalu jalur ketiga, dari Paro ke Mapenduma, untuk lanjut ke Mugi dan Jigi, ini mereka yang mau ke ke Wamena. Tapi sama juga, belum ada kabar mereka sudah sampai dimana. Kami tidak tahu karena tidak bisa telepon, jaringan tidak ada. Jadi Koordinator kami sedang standby saja di Kenyam, tunggu kabar [dari umat yang mengungsi],” lagi kata Pdt. Tilas.
Kendala transportasi, komunikasi, keamanan
Pihak Gereja juga mengaku mengalami kendala dalam melakukan pemantauan secara langsung terhadap masyarakat yang menjadi basis umat Kingmi di Tanah Papua dan GKII tersebut.
“Kendala kami mulai dari transportasi udara maupun darat yang terputus setelah penyaderaan ini, kemudian jaringan komunikasi kami tidak bisa telepon,” kata Pdt. Tilas.
Selain itu, Pdt. Tilas mengatakan, Koordinatornya bersama sejumlah pendeta di daerah pun mengaku tidak bisa menempuh kampung-kampung tersebut dengan berjalan kaki karena tidak adanya jaminan keamanan dan keselamatan.
“Hamba Tuhan kami yang ada di daerah sebenarnya siap untuk ke kampung-kampung tetapi khawatir tidak ada jaminan. Hanya bisa jalan kaki, kalau orang di kampung bisa jalan 2-3 hari, tetapi orang-orang pakai senjata ini ada kuasai hutan, kami takut. TNI pegang senjata, OPM juga pegang senjata, jadi koordinator kami tunggu kabar di ibukota saja,” katanya.
Lintas Denominasi
Pimpinan tertinggi organisasi gereja Kingmi di Tanah Papua ini menjelaskan, Kabupaten Nduga, terutama distrik-distrik yang terdampak hingga melahirkan pengungsian warganya ini merupakan basis umat dari Kingmi di Tanah Papua dan GKII. Meski berbeda denominasi, Pdt Moom berharap semua pihak, baik dari denominasi gereja berbeda maupun beda agama sekalipun, untuk melihat persoalan ini sebagai perhatian bersama.
“Berbicara untuk menolong masyarakat biasa, umat Tuhan, ini tidak pandang denominasi gereja dan agama. Semua masyarakat biasa harus dilindungi, jadi Nduga ini, memang basis dari umat Kingmi di Tanah Papua dan GKII. Biar denominasi lain, tapi sebagai hamba Tuhan, sebagai gembala, pendeta, maka semua umat harus kita lindungi, jaga sama-sama,” demikian ucap Pdt. Tilas Moom.
Senada, Sekretaris Sinode Kingmi di Tanah Papua, Pdt. Dominggus Pigay, M.Th mengharapkan perhatian dan pantauan dilakukan oleh semua pihak terhadap kasus Nduga.
“Masalah yang menimpa masyarakat umat Tuhan di Nduga ini bukan baru terjadi kemarin di pembakaran pesawat dan penyanderaan pilot ini, tetapi sudah ada masalah-masalah termasuk pelanggaran HAM yang menimpa umat kami selama bertahun-tahun. Banyak masalah tidak pernah terselesaikan yang makan korban jiwa, gara-gara TNI dan TPNPB ini. Jadi mau perang, ya itu urusan tapi kami minta komandan-komandan tolong jamin masyarakat kami tidak jatuh korban lagi,” harap Pdt. Dominggus.
Pdt. Dominggus mengatakan, masyarakat selalu menjadi korban dari persoalan keamanan dan politik Papua-Jakarta. Untuk meminimalisir persoalan ini, ia mengatakan Gereja Kingmi di Tanah Papua mendukung pendekatan persuasif dan membangun negosiasi untuk membebaskan pilot berkebangsaan Selandia Baru tersebut demi meminimalisir kekerasan dan bentuk-bentuk pelanggaran HAM.
“Kami harap tidak ada baku tembak lagi, tidak ada heli-heli terbang dan jatuhkan ini itu di atas kampung-kampung umat kami di Ndugama, tidak boleh. Jadi kami dengar pemerintah dan aparat keamanan lakukan upaya persuasif untuk bicara, kami pikir ini baik. Semoga jalan terbuka dan umat kami bisa kembali ke kampung hidup tenang, ke gereja tanpa takut dan ke kebun juga bebas,” harapnya.
Sebelumnya, Dansatgas Yonif Raider 514/SY Letkol Inf Rinto Wijaya menurunkan 2 tim evakuasi gabungan TNI-POLRI yang dipimpin oleh Lettu Inf Anggika selaku perwira teritorial Satgas ke lokasi warga yang akan menyeberang ke Kenyam, Ibukota Nduga pada Senin (13/2/2023)
Tim evakuasi gabungan bergerak menuju sungai Kenyam yang sangat deras untuk mengevakuasi ratusan masyarakat Distrik Paro yang harus mengungsi pascaperistiwa pembakaran pesawat Susi Air yang berujung penyanderaan pilot Susi Air. Kendaraan Angkut personil TNI-POLRI dan Pemda turut serta berpartisipasi dalam proses evakuasi masyarakat tersebut.
“Kami akan terus melanjutkan pengabdian kami tanpa henti kepada masyarakat serta bersatu padu TNI-POLRI dan Pemda setempat bahu membahu mewujudkan keamanan Kabupaten Nduga.” Tegas Letkol Inf Rinto Wijaya dalam rilis yang diterima Jubi.
Berdasarkan laporan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nduga, Papua Pegunungan, terdapat 167 warga Distrik Paro yang telah berjalan kaki kurang lebih dari 7 hari tanpa bekal logistik yang memadai. Di Kenyam, para pengungsi diberikan pemeriksaan awal kesehatan di RSUD Kenyam dan diberikan perawatan secara medis.(*)