Jayapura, Jubi – Ketua Solidaritas Pedagang Asli Papua (Solpap), Frengky Warer, mengatakan sosok Robert Jitmau di hadapan mama pedagang asli Papua dan orang Papua pada umumnya adalah seorang pejuang ekonomi peletak dasar ekonomi orang asli Papua. Sehingga sampai kapanpun semangat keteladanan akan dilanjutkan dan dikenang dalam setiap perayaan hari-hari besar.
“Semoga semangat Rojit itu terus membara atas kami pengurus Solpap dan mama-mama Papua sebagai pelaku ekonomi orang asli Papua. Untuk itu, hari ini, tanggal 20 Mei 2022, kami dan pasar mama-mama Papua menyelenggarakan kegiatan ibadah untuk mengenang almarhum Rojit. Beliau dipanggil oleh Yang Maha Kuasa dengan cara yang tragis,” katanya kepada sejumlah wartawan di sela-sela perayaan peringatan 6 tahun kematian alm. Robert Jitmau di Pasar Mama Mama Papua, Kota Jayapura, Jumat (20/5/2022) malam.
Warer mengatakan peringatan kematian tokoh ekonomi orang asli Papua akan akan selalu dirayakan sebagai momen persahabatan, kekerabatan yang telah diletakkan alm. Rojit saat memperjuangkan pasar mama Papua.
“Ini kegiatan tahunan yang selalu kami lakukan untuk mengenang perjuangan, karya, serta keteladanan Robert Jitmau di pasar mama-mama. Dalam kalender Solpap, kami selalu akan merayakan hari hari penting sebagaimana kami rayakan hari ini, agar semangat Rojit itu terus membara atas kami,” katanya.
Warer mengatakan ibadah ini selain diselenggarakan oleh puhaknya dan pedagang mama Papua, juga diminta oleh orang tua alm. Robert Jitmau dari Sorong.
“Apabila ada perayaan bisa dilaksanakan dalam bentuk ibadah perayaan kematian almarhum Robert Jitmau,” katanya.
Warer mengatakan peringatan atas kematian alm. Robert Jitmau ini sangat penting karena Rojit, begitu orang biasa menyapanya, bagi mama-mama pedagang Papua adalah pahlawan dan pejuang peletak dasar ekonomi orang asli Papua (OAP).
“Karena alm. Robert Jitmau telah mendampingi mama-mama dan memperjuangkan ekonomi. Tapi juga memperjuangkan pasar baru dengan susah payah. Tapi saat pasar mama-mama Papua ini sudah berdiri dan Robert mau tidak menikmati pasar ini lalu dia meninggal 6 tahun silam,” katanya.
Warer mengatakan pihaknya tidak bisa membalas apa yang telah dilakukan oleh alm. Robert Jitmau. Tetapi mereka akan selalu mengenang perjuangan dan karya besarnya di Tanah Papua. Kawan-kawan lain telah berjuang menghadirkan pasar itu visi dari terbentuknya Solidaritas Pedagang Asli Papua.
“Tujuan dibentuknya Solidaritas Pedagang Asli Papua itu tujuannya untuk bagaimana mendapatkan pasar sentral untuk orang asli Papua. Keberadaan pengurus Solpap saat ini, sesuai dengan hasil musyawarah, ada beberapa rekomendasi yang wajib untuk pengurus baru lakukan, salah satunya adalah melakukan pengawalan dan pembinaan kepada mama-mama Papua atau pedagang asli Papua,” katanya.
Lanjut Warer mengatakan pihaknya akan tetap melaksanakan hasil musyawarah, mengimplementasikannya satu persatu di masa kepengurusannya, sebab perjuangan Solpap tidak berhenti hanya pada bagaimana bangunan fisik ini berdiri tetapi pihaknya juga mempunyai tanggung jawab untuk membina dan merangkul mama-mama untuk memperjuangkan ekonomi orang asli Papua di tengah Kota Jayapura.
“Setelah pasar ini berdiri pengurus rapat melihat bahwa ada banyak masalah-masalah yang terjadi di pasar ini sehingga penting untuk kami menyelenggarakan musyawarah agar dapat mengawal pedagang asli Papua tapi juga membantu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di dalam pasar mama Papua ini,” katanya.
Warer mengatakan bahwa meski pasar ini sudah berdiri namun masih ada kendala internal yang perlahan harus dibenahi yaitu harga barang di pasar.
“Kami masih membina mereka. Salah satu kendala yang kita hadapi saat ini adalah harga barang di pasar mama Papua itu lebih tinggi [dari tempat lain]. Karena hal-hal itu menyebabkan pasar ini sepi dibandingkan dengan pasar lama,” katanya.
Sementara itu, Ketua Mama Pasar, Yuliana Pigai, mengatakan bahwa sosok alm. Robert Jitmau adalah pahlawan yang berjasa bagi mama-mama pedagang asli Papua di tengah kota dalam membangkitkan ekonomi kerakyatan.
“Kami berterima kasih kepada alm. Rojit yang telah memperjuangkan pasal meskipun dia capek, lelah, kami marah-marah, tapi dia selalu setia sama-sama dengan kami untuk perjuangkan pasar. Sampai pasar ada ini kami bisa jualan tapi sayang Almarhum tidak bisa bersama dengan kami,” katanya. (*)