Asmat, Jubi – Keberadaan sepeda motor listrik (kendaraan elektrik dengan aki sebagai daya penggerak) di Kabupaten Asmat, Papua berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah – PAD di sana.
Sekretaris Dinas Perhubungan Kabupaten Asmat, Maichel Nicolaus Womsiwor menyatakan motor listrik merupakan salah satu moda transportasi darat utama di Kabupaten Asmat.
Agats, ibu kota Asmat dibangun di atas daerah berlumpur dan rawa, sehingga tidak memungkinkan untuk kendaraan bermotor BBM beroperasi di sana.
“Yang paling memungkinkan (beroperasi di Asmat) itu motor listrik, karena kendaraan ini ringan, ramah lingkungan dan kecepatannya terbatas. Ada wacana pemerintah untuk menerapkan kendaraan elektrik, tapi kita di Asmat sudah lebih dulu mengimplementasikannya,” kata Maichel kepada Jubi, Kamis (27/10/2022).
Maichel menerangkan motor ini pertama kali beroperasi di Kabupaten Asmat sekitar tahun 2007 silam. Seiring berjalannya waktu, jenis kendaraan ini terus bertambah di sana, bahkan penyebaran hingga ke sejumlah distrik dan kampung.
“Motor ini mulai muncul atau mulai datang di Asmat sekitar tahun 2007. Sampai dengan sekarang terdata sudah ada 4.000 unit lebih,” sebut dia.
Maichel menjelaskan, pemerintah daerah setempat menarik retribusi motor bertenaga listrik. Pemungutan retribusi mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Asmat Nomor 6 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum dan Perbup Nomot 24 tahun 2017 tentang Retribusi Parkir Berlangganan. Kendaraan jenis ini telah berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah setempat.
“Untuk motor listrik yang besar retribusinya Rp350 ribu setahun, yang sedang Rp150 ribu dan yang kecil Rp75 ribu setahun. Target kita untuk tahun ini penerimaan retribusi motor listrik sebesar Rp250 juta. Tahun-tahun sebelumnya Rp350 juta, tapi karena Covid kita turunkan targetnya. Target selalu terpenuhi,” ungkap Maichel.
Ia menambahkan, pemerintah daerah setempat juga berencana membatasi jumlah motor bertenaga listrik. Sebab kapasitas jalan di Agats sangat kecil, dan mengingat juga akses untuk pejalan kaki saat ini cukup terbatas dengan kehadiran kendaraan tersebut.
“Ya betul ada rencana untuk membatasi. Itu salah satu hal yang menjadi atensi pemerintah karena keberadaan kendaraan ini semakin banyak. Volume jalan terbatas, makanya kita ada bikin rancangan perbup untuk pengawasan dan pengendalian motor listrik,” kata dia.
“Kita di sini belum ada trotoar juga, itu juga menjadi PR, supaya pejalan kaki juga bisa mendapat akses. Tujuan utama pembangunan jalan Asmat ini secara khusus untuk pejalan kaki. Hanya karena perkembangan dan kebutuhan sehingga kendaraan kendaraan ini masuk. Sekarang ditambah lagi motor roda tiga untuk angkutan logistik dan sembako. Sehingga memang perlu untuk dibatasi,” kata Maichel. (*)