Jayapura, Jubi – Aktivis Hak Asasi Manusia Papua, Yones Douw mengkritik keras tindakan aparat keamanan yang diduga menembak Petrus Tebay, seorang warga Kampung Kuyakago, Distrik Kamu Utara, Kabupaten Dogiyai. Polisi diminta mengungkap kasus penembakan terhadap Petrus Tebay itu.
Penembakan terhadap Petrus Tebay terjadi di Bapouda, Kabupaten Paniai pada 5 April 2022. Petrus Tebay ditembak saat mencari akses internet melalui jaringan wifi di sana. Yones Douw menyatakan Petrus Tebay terkena tembakan di rusuk kiri, dan peluru itu menembus perut.
“Tujuan kedatangan Petrus Tebay dari Kabupaten Dogiyai ke Paniai untuk mencari wifi. Petrus Tebay bergegas dari rumah di Kabupaten Dogiyai, menuju Bapouda, di sekitar sana ada warnet. Dia ditembak mengenai tulang rusuk bagian kiri, tembus ke perut,” kata Douw saat dihubungi Jubi pada Jumat (8/4/2022).
Douw menerima informasi bahwa sebelum aparat keamanan menembak Petrus Tebay, diduga terjadi pencurian di warnet itu. Menurut Douw, Petrus Tebay dalam sebuah rekaman video yang beredar menuturkan kabar dugaan pencurian di warnet itu. Setelah itu, sejumlah aparat keamanan mendatangi Petrus Tebay, dan tanpa bertanya menembak dirinya.
“Menurut keterangan yang diberikan korban, ada orang yang mencuri barang, kemudian lari. Saat itu korban berada [di dekat warnet], lalu pihak polisi menembak Petrus. Sementara ini Petrus Tebay ada di rumah sakit Madi di Kabupaten Paniai. Ia ditembak di bagian tulang rusuk bagian kiri dan tembus ke kanan,” katanya.
Douw menyatakan polisi tidak memiliki dasar untuk menembak Petrus Tebay. “Tindakan aparat kepolisian itu tindakan yang tidak manusiawi, di tembak itu bukan hutan atau jauh dari kota. Itu di tengah-tengah permukiman masyarakat. Seharusnya dia ditangkap saja, itu cukup, tidak perlu main tembak sembarangan,” katanya.
Douw mengatakan perlakuan aparat keamanan itu seperti menyamakan permukiman warga sipil dengan medan perang, sehingga mereka tanpa segan melakukan penembakan di kawasan permukiman warga. “Kalau dia mencuri, tangkap, lalu di tanya baik-baik sebagai manusia. Jadi lebih baik itu ditangkap dan diadili,” katanya.
Ketua Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Lembah Hijau Kamuu (FK-PMLHK), Fransiskus Yobee mengatakan sejak Kabupaten Dogiyai terbentuk, telah terjadi sejumlah penembakan di Lembah Kamuu yang melibatkan aparat keamanan. Akan tetapi, berbagai kasus itu tidak pernah diselesaikan secara hukum. “Saya tegaskan kepada Polda Papua, agar pelakunya segera diproses sesuai hukum yang ada,” katanya.
Jika pelaku tidak diproses sesuai hukum yang berlaku, demikian menurut Yobee, maka mahasiswa akan mendesak Kepala Kepolisian Nabire, Pemerintah Kabupaten Paniai untuk mencopot pelaku dari jabatannya. “Kami mahasiswa berharap agar pelakunya diproses sesuai hukum yang ada di Negara Indonesia,” katanya.
Pada Senin, Jubi telah berupaya menghubungi Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua, Kombes Ahmad Mustofa Kamal melalui layanan pesan Whatsapp, untuk mendapatkan klarifikasi dan informasi pembanding atas insiden penembakan Petrus Tebay. Akan tetapi, hingga berita ini diturunkan, upaya konfirmasi Jubi belum dijawab. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!