Jayapura, Jubi – Setelah hampir dua tahun tak bisa merasakan suasana jelang hari raya Idul Fitri atau lebaran secara normal karena pembatasan aktivitas di masa pandemi Covid-19, masyarakat Kota Jayapura kini mulai leluasa memadati pusat-pusat perbelanjaan.
Ini seperti terlihat di Mal Jayapura, Jumat (29/4/22) malam atau H-3, masyarakat yang hendak merayakan lebaran marak berburu pakaian baru.
Saking membludaknya pembeli, karyawan yang berada di meja kasir pun dibuat kewalahan dengan antrean panjang dan waktu beroperasi mereka pun diperpanjang hingga pukul 22.00 WP malam untuk melayani pembeli.
“Mohon bersabar yah, kami akan melayani satu persatu, bapak-bapak dan ibu-ibu bisa bersabar mengikuti antrean,” imbau salah seorang karyawan Matahari kepada para pembeli.
Asrul, pembeli lainnya, sedikit kesal dengan kondisi itu. Namun, ia memaklumi karena menurutnya momen ini merupakan kali pertama setelah tak ada lagi pembatasan akibat Covid-19. Asrul tetap bersabar menunggu giliran untuk membayar barang belanjaannya di meja kasir.
“Lebaran sudah tinggal berapa hari saja jadi orang ramai sekali yang belanja. Antrean panjang bikin capek, tapi senang juga akhirnya bisa ramai kembali seperti ini setelah tahun sebelumnya kita dibatasi karena Covid-19,” kata Asrul yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan di sebuah dealer.
Tak hanya berburu pakaian baru, masyarakat juga memadati supermarket untuk berbelanja bahan baku masakan jelang lebaran. Antrean juga terjadi hingga membuat karyawan yang melayani ikut kewalahan.
Seperti dilansir dari Merdeka.com, kebiasaan atau tradisi pakaian baru jelang perayaan lebaran di Indonesia sudah terjadi sejak awal abad ke-20.
Seorang penasihat urusan pribumi untuk pemerintah kolonial Belanda, Snouck Hurgronje mencatat kebiasaan atau tradisi baju baru saat lebaran dimulai awal abad ke-20.
Hal ni dibuktikan dalam suratnya kepada Direktur Pemerintahan Dalam Negeri, 20 April 1904, yang termuat dalam buku ‘Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya di Pemerintah Hindia Belanda 1889–1939 Jilid IV’.
Tradisi baju baru saat lebaran dipandang oleh para kolonialis sebagai kebiasaan yang menyerupai tahun baru di Eropa.
Dalam sumber yang berbeda, dalam buku bertajuk ‘Sejarah Nasional Indonesia’ karya Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, menyebutkan bahwa tradisi baju baru saat lebaran, sudah dimulai sejak tahun 1596, tepatnya di masa kesultanan Banten. (*)