Jayapura, Jubi – Provinsi Papua merupakan daerah dengan kasus kusta tertinggi di Indonesia. Dalam setahun terakhir ditemukan ada 1.022 kasus kusta di Papua.
Peneliti Kusta Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Papua, Hana Krismawati mengatakan Papua termasuk salah satu daerah endemik kusta tertinggi di Indonesia berdasarkan prevalensi. Sementara berdasarkan angka penemuan kasus baru atau NCDR (New Case Detection Rate) Provinsi Papua menempati urutan ke ketiga, yakni 29,75 per 100.000 penduduk.
“Masih ada banyak yang belum ditemukan dari angka yang dicatatkan secara resmi ini,” ujarnya.
Adapun lima daerah lain dengan NCDR tertinggi di Indonesia, yakni Papua Barat (71,19), Maluku Utara (39,49), Papua (29,75), Maluku (16,49) dan Sulawesi Utara (14,08). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan NCDR sebagai indikator untuk eliminasi penyakit kusta.
Hana mengatakan hampir 29 kabupaten dan kota di Provinsi Papua terdapat kasus kusta. Kantong penderita kusta terbanyak terdapat di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Biak, Kabupaten Nabire dan Kabupaten Asmat.
“Hampir semua kabupaten dan kota ada kasus kusta,” katanya.
Hana mengatakan penyakit kusta itu sendiri adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium Leprae. Ia menyampaikan kasus di Papua begitu banyak karena ada kasus yang belum ditemukan ini otomatis menjadi penular aktif di sekitar lingkungannya.
Hana mengatakan faktor kepadatan dalam satu rumah serta sanitasi yang buruk memungkinkan orang tertular penyakit kusta. Namun, penyakit ini membutuhkan kontak yang erat selama 8 bulan untuk bisa menular dari penderita aktif kepada orang yang sehat.
“Jadi kusta itu bukan dengan penyakit yang dengan gampang menular. Kusta itu sebenarnya penyakit yang susah sekali menular beda dengan flu,” ujarnya.
Hana menyampaikan perlu sosialisasi yang dilakukan hingga ke lapisan terbawah masyarakat untuk memberikan edukasi terkait penyakit kusta ini. Dukungan dari pemerintah daerah dalam bentuk anggaran sangat penting menyokong tenaga-tenaga kesehatan untuk menemukan kasus aktif.
“Penemuan kasus aktif adalah salah satu senjata ampuh melakukan eliminasi karena pasien itu harus dicari secara aktif bukan hanya nunggu di puskesmas. Tetapi petugas puskesmas mencari secara aktif menemukan kasus di lapangan dan segera mengobati,” katanya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Arry Pongtiku mengakui bahwa Provinsi Papua masih menjadi tertinggi kasus kusta di Indonesia dengan prevalensi 5,02. Prevalensi kasus kusta seharusnya di bawah angka 1.
“5,02 itu artinya per 10.000 penduduk terdapat 5 sampai 6 orang yang menderita kusta. Dan hingga kini tercatat masih sekitar 16 ribu yang aktif menjalani pengobatan,” katanya. (*)