Jayapura, Jubi – Pendeta Dr. Benny Giay mengapresiasi semangat dari para seniman Papua, melalui pameran seni rupa bertema Bholuh atau ‘Dari Tanah’ yang diselenggarakan Udeido Collective bekerja sama dengan Papuans Voices, dan Alyakha Art Center, di Gedung Sophie, P3W Padang Bulan, Kota Jayapura, Papua, pada Rabu (31/1/2024) kemarin.
Ia mengatakan melalui wadah itu, maka diharapkan akan lahir generasi baru yang menjadi seniman-seniman muda Papua. “Perkembangan kebudayaan dan kesenian orang Papua sudah bertahun-tahun dibiarkan mati terkubur, semenjak agama-agama masuk di Tanah Papua,” katanya, dalam sambutan pada pameran seni rupa Bholuh, Rabu (31/1/2024) kemarin.
Menurutnya, dalam konteks perkembangan dan kehadiran agama-agama itu, ikut memporak-porandakan identitas dan jati diri orang Papua. “Jadi, Izinkan saya mewakili gereja-gereja [untuk] meminta maaf, dalam konteks perkembangan agama, kita mengobrak-abrik identitas dan jati diri kita, melalui agama-agama ‘barat’ yang membentuk [mengubah] watak, karakter, dan orientasi yang membuat kita lupa [akan] kesenian kita,” katanya.
Sebenarnya, kata dia, agama itu untuk membangun keutuhan dan memelihara benih-benih kebaikan, keutuhan, dan persaudaraan dengan tanah, budaya, kesenian, adat, dan agama yang ada. “Oleh karena itu, dari segi agama mesti memikirkan perubahan-perubahan pada pikiran atau paradigma,” katanya.
Menurutnya, gerakan kesenian seperti ini sebagai gerakan yang mendorong dan menghidupkan kesenian di Papua. Itu berarti, dari segi agama mesti ada perubahan cara berpikir yang memihak kepada orang Papua.
“Semata-mata bukan karena orang Papua [dianggap] bodoh, penyembah agama kafir dan lain-lain itu,” ujarnya.
Giay mengatakan pameran seni rupa tersebut sebagai move atau gerakan dari Tuhan. “Move dari Allah yang baik. Itu berarti kita bisa memulai ‘Papua baru’ melalui Bholuh. Kita yang akan jadi pemain dan aktor ke depan di Papua [agar menjadi] yang lebih baik,” katanya.
Dikatakan, kreativitas orang Papua dalam seni, budaya, dan olahraga serta pemikiran kreatif, sudah ada di tanah ini. Ia mengajak generasi baru atau pemuda-pemudi, untuk menggali atau menemukan talenta-talenta yang ada pada diri masing-masing, untuk terus dikembangkan.
“Ketika saya bicara di bidang musik, saya ingat Arnold Ap, ketika saya bicara di sepak bola, saya ingat Boaz Solossa. Barangkali dari acara seperti ini, kita bisa melahirkan generasi muda-mudi seperti Arnold Ap dan Boaz Solossa,” katanya.
Ia menyampaikan, semua talenta yang dimiliki Arnold Ap maupun Boaz Solossa itu tidak jatuh dari langit. “Tetapi talenta itu lahir karena dukungan orang tua, gereja, masyarakat, dan lembaga yang ada di Papua,” katanya. (*)
Discussion about this post