Sentani, Jubi – Situs Megalitik Tutari di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibhu, Kabupaten Jayapura tidak terurus. Selama ini pengelolaan situs peninggal zaman pra sejarah ini oleh Pemerintah Provinsi Papua, dalam hal ini Balai Arkeologi Provinsi Papua.
Dalam kunjungan Wisata Pulang Kampung oleh Pemerintah Kabupaten Jayapura, Situs Megalitik Tutari menjadi tempat terakhir kunjungan di hari kedua.
Penjabat (Pj) Bupati Jayapura, Triwarno Purnomo, mengatakan Situs Megalitik Tutari sangat penting, selain mengandung nilai budaya dan cerita di masa lampau dari keberadaan masyarakat lokal, ada cerita sejarah panjang tetapi juga ada nilai pendidikan yang wajib diketahui oleh semua orang yang hidup saat ini.
Purnomo juga mengatakan ada banyak situs peninggalan sejarah lainnya di Tanah Papua, baik itu dari zaman Perang Dunia II hingga situs pra sejarah lainnya. Tetapi, situs megalitik seperti yang ada di Kabupaten Jayapura, mungkin hanya satu- satunya yang masih ada.
“Memang tidak terawat, sehingga ini menjadi bahan evaluasi. Apakah ini sepenuhnya akan terus dikelola oleh provinsi atau bisa dikelola oleh kabupaten,” ujar Triwarno usai mengunjungi Situs Megalitik Tutari di Kampung Doyo Lama, Senin (31/7/2023).
Situs megalitik ini sangat mahal, kata Purnomo, sangat disayangkan kondisinya saat ini sangat memprihatinkan karena tidak terurus dengan baik. Akses jalan masuk sudah tersedia karena dekat dengan jalan raya. Hanya saja, setiap tempat atau situs yang telah dipugar ini tidak terurus dengan baik.
Ada belasan situs di sepanjang perbukitan Tutari dengan lokasi yang berbeda-beda. Selain situs megalitik, ketika berada di ketinggian perbukitan Tutari, kita bisa menikmati indahnya lanscape Danau Sentani serta perbukitan lainnya yang saling berhadapan dengan bukit Tutari yaitu perbukitan Tungkuwiri atau biasa disebut bukit Teletubies, yang sudah menjadi tempat wisata saat ini.
“Harusnya tempat situs ini dirawat dan dilestarikan dengan baik sehingga bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Kita akan berkoordinasi dengan provinsi soal pengelolaannya,” ujar Triwarno.
Salah seorang warga Kampung Doyo Lama, Aser Marweri, menjelaskan bahwa ada petugas yang disiagakan untuk menjaga pintu masuk dan Situs Megalitik Tutari oleh Balai Arkeologi Provinsi Papua. Sejak pandemi Covid-19, para petugas ini sudah tidak lagi kelihatan di pos jaga atau pintu masuk ke Situs Tutari.
Marweri juga mengatakan situs ini terdiri dari bebatuan yang ada lukisan seperti ikan, penyu, buaya, ular, dan ukiran khas suku Sentani. Ada juga yang berbentuk Binatang. Ada batu yang bentuknya bulat dan berbaris rapi di atas tanah dari bentuk batu yang besar hingga batu yang bentuknya kecil. Lalu ada juga batu yang berbentuk mata kapak yang berdiri horisontal di atas tanah sejak ratusan tahun yang lalu masih tegak hingga saat ini.
“Kondisinya sudah sangat memprihatinkan, tidak terurus, dan jarang dikunjungi oleh masyarakat, dibandingkan dengan tempat wisata yang sangat dekat adalah bukit Tungkuwiri,” katanya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura, Hana Hikoyabi, mengaskan bahwa Pemkab Jayapura akan menindaklanjuti persoalan pengelolaan Situs Megalitik Tutari melalui peralihan aset.
“Potensi yang mahal ini berada di wilayah Pemerintahan Kabupaten Jayapura. Jika dibiarkan terlantar dan tidak diurus maka lebih baik dialihkan saja pengelolaannya kepada Pemerintah Kabupaten Jayapura. Datang tengok saja sudah tidak dilakukan, apalagi mau diurus. Lebih baik dikembalikan saja ke pemerintah daerah ini agar ada koordinasi langsung melalui pemberdayaan kepada masyarakat lokal sebagai pemilik hak ulayat,” ujar Sekda Hana. (*)