Jayapura, Jubi – Falerius Boga, pelukis muda dari Nabire,Papua Tengah, terus mengembangkan diri dengan berbagai gaya karya lukis.
Dalam berkarya, Falerius mengaku suka dengan gaya romantisme, naturalisme, surealisme. dia juga menekuni sketsa. belajar secara otodidak, dia ingin mengikuti jejak Yanto Gombo juga sebagai pelukis andalan di Papua itu.
“Saya terus buat karya dengan kemampuan saya. Ada kerjasama juga sama abang Yanto Gombo. Pada 21 s/d 23 Juni 2023, saya temani Yanto lukis tentang pelanggaran HAM Papua di Jogja National Museum pada pameran ArtJog. Di sana sempat temani buat lukisan mural,” jelas Boga.
Yanto Gombo, salah satu anggota Kolektif Udeido, membuat mural berukuran besar di sana. Ia juga melukis gugusan peluru sebanyak 27 butir yang membentuk setengah lingkaran tidak sempurna mengarah ke mulut. Lukisan mural berjudul, “Dibungkam”.
Falerius adalah mahasiswa semester VII Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas PGRI Kanjuruhan Malang atau UNIKAMA. Kuliahnya sudah hampir selesai. Jika lulus, dia ingin sekali membuka kursus melukis di kampungnya, Nabire.
“Jika ada modal untuk sewa tempat, saya dirikan kursus dengan nama ‘dagi wogetaida’, artinya mengasah otak.” katanya.
Di rumahnya, Karang Barat Nabire, dia tak segan berbagi ilmu dengan warga yang berminat. Selain itu, dia juga menerima pesanan sketsa.
Sketsa satu wajah dihargai Rp 50-100 ribu. Kalau 2 wajah Rp 100-150 ribu.
“Beda lagi kalau beberapa orang atau dua orang lebih berbeda foto suruh disatukan dalam satu sketsa biasanya bayar Rp 200-300 ribu. Ada juga lukisan hidup, seperti senja atau alam. Tapi saya tidak terlalu utamakan uang, biasanya kastau ke pemesan bahwa bayar apa adanya.” Jelasnya.
Falerius mampu melukis dari bahan dasar cat akrilik, cat air, cat minyak, pastel. saat membuat sketsa, dia suka menggunakan pensil.(CR-12)