Serui, Jubi – Warga Kampung Kabuaena, Distrik Yawakukat, Kabupaten Kepulauan Yapen mengeluhkan tidak mendapat pelayanan dokter di Puskesmas Yawakukat pada awal 2025.
Seorang warga Kampung Kabuaena, Welmina Owai (46) mengungkapkan para warga di sana berulang kali mendatangi Puskesmas Yawakukat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, termasuk meminta rujukan pasien ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Serui.
Menurut Owai, ketika para warga itu datang, petugas kesehatan puskesmas menyampaikan untuk sementara tidak ada pelayanan dokter, dikarenakan dokter yang bertugas sedang mengambil cuti kerja ke luar daerah. Kondisi itu menyebabkan warga tidak bisa mendapatkan rujukan berobat ke RSUD Serui.
“Petugas bilang dokter tidak ada di tempat tugas, terpaksa kami tidak bisa dapat rujukan. Mau tunggu dokter sampai kapan? Nanti pasien akan semakin parah. Terpaksa kami bawa ke RSUD, tapi setelah dilayani kami bayar karena tidak punya surat rujukan puskesmas,” katanya, saat ditemui di rumahnya di Kampung Kabuaena, Senin (20/1/2025).
Ia menuturkan, masyarakat di Distrik Yawakukat khususnya warga Kabuaena yang mengeluhkan tidak adanya pelayanan dokter itu, mengalami penyakit dalam di antaranya paru-paru basah, pembengkakan jantung, epilepsi serta malaria.
“Beberapa kali saya ke sana antar cucu bayi umur 10 bulan, tapi dia sakit paru-paru, untuk minta rujukan. Pertama kami pergi tanggal 27 Desember 2024, tapi petugas bilang tidak ada dokter. Kami pergi lagi tanggal 6 Januari pun sama saja. Akhirnya saya antar cucu langsung ke RSUD tanpa [surat] rujukan dan kami bayar pengobatannya,” katanya.
Seorang warga lain, Martina Numberi (45) mengaku mengalami hal serupa. Menurutnya saat mengantar mamanya yang lansia untuk diperiksa di Puskesmas Yawakukat, petugas kesehatan mengarahkannya untuk pergi langsung ke RSUD tanpa diberikan rujukan.
“Terpaksa sa harus antar mama ke RSUD untuk rontgen, setelah rontgen ternyata mama sakit karena pembengkakan jantung. Kami benar-benar disiksa oleh sistem dan prosedur pelayanan kesehatan yang ada, kami harapkan pemerintah bisa melihat pemerataan pelayanan kesehatan yang belum baik ini,” katanya.
Numberi menambahkan, selain tidak adanya pelayanan dokter di puskesmas, mereka yang dari Kampung Kabuaena menuju puskesmas sangat sulit mendapatkan akses transportasi bahkan seperti sepeda motor (ojek), untuk pergi maupun pulang setelah berobat.
“Letak puskesmas Yawakukat itu cukup jauh dari Kabuaena. Kalau mau antar keluarga yang sakit, dari rumah mungkin agak mending karena bisa minta tolong keluarga antar kami. Tapi mau pulang itu, lokasinya jarang dijangkau transportasi umum, jadi kami harus jalan kaki ke sana. Tidak ada ojek jadi kami sulit untuk bisa pulang cepat ke rumah, kasihan orang sakit,” ujarnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!