Jayapura, Jubi – Kepala Kepolisian Daerah Papua, Irjen Mathius Fakhiri mengatakan sejumlah permintaan dari pilot Susi Air, Phillip Mark Mehrtens yang disandera kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat sejak 7 Februari 2023 sudah dipenuhi dan diantar. Permintaan itu berupa obat asma, lilin aromaterapi, dan disinfektan.
Hal itu dinyatakan Fakhiri di Kota Jayapura, Provinsi Papua, Selasa (27/2/2024). “Soal ini kami juga sudah sampaikan ke Atase Kepolisian Selandia Baru untuk Indonesia, Paul Borrel saat berkunjung [ke Jayapura], bahwa obat-obatan yang dibutuhkan pilot sudah sampai,” kata Fakhiri.
Kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang dipimpin Egianus Kogoya menyandera Phillip Mark Mahrtens sejak pilot Susi Air itu mendaratkan pesawatnya di Lapangan Terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, pada 7 Februari 2023. Kelompok Egianus Kogoya juga membakar pesawat yang diterbangkan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu.
Fakhiri menyatakan pihaknya selalu membuka ruang kepada siapapun yang bisa mengantar kebutuhan logistik ataupun permintaan Phillip Mark Mehrtens. Menurutnya, aparat keamanan siap membantu jika pilot berkebangsaan Selandia Baru itu sakit atau membutuhkan obat, sepatu, dan makanan.
“Kami berharap [pilot itu] bisa [terus] mendapat dukungan logistik, sehingga pilot itu tetap dalam keadaan tidak kekurangan makanan. Termasuk mungkin dia membutuhkan hal-hal lain bagi tubuhnya, termasuk juga obat-obatan,” ujar Fakhiri.
Fakhiri mengatakan pada November 2023 hingga awal Januari 2024 pihaknya berharap bisa mencapai kesepakatan negosiasi pembebasan pilot Susi Air itu. Fakhiri menilai ada pihak lain yang sengaja menghambat dan menghalang-halangi negosiasi itu, sehingga kesepakatan gagal tercapai.
“Karena apa? Karena kepentingan sesaat mereka [pihak ketiga]. Kalau kami melihat, [ada] kepentingan mereka dengan menggunakan [persoalan penyanderaan pilot Susi Air itu untuk] isu Papua merdeka,” katanya.
Fakhiri berharap Pemerintah Selandia Baru memberikan kepercayaan kepada Indonesia untuk mengupayakan pembebasan Mehrtens. “Ada pihak ketiga yang selalu berupaya mendekatkan diri kepada Pemerintah Selandia Baru untuk menggunakan isu penyanderaan itu untuk menghadirkan pihak ketiga. Kami berharap [permintaan itu] tidak usah didengar,” ujarnya.
Fakhiri menyatakan pihak ketiga itu lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri. “Sekali lagi itu kepentingan dari kelompok itu sendiri, baik Benny Wenda maupun Sebby Sembom, yang selalu berkoar-koar di luar [negeri] tentang isu Papua,” kata Fakhiri. (*)