Manokwari, Jubi – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat / Organisasi Papua Merdeka TPNPB/OPM merilis foto dan video pembakaran pesawat Susi Air dan penyanderaan Pilot berkebangsaan Selandia Baru, Selasa (14/2/2023).
“TPNPB-OPM Komando Nasional umumkan resmi foto dan video bersama pilot New Zealand (NZ), dan Pilot asal NZ baik dan sehat,” dalam rilis yang diterima Jubi dari Juru Bicara TPNPB OPM Sebby Sambom.
Sebby juga membantah pernyataan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang menyebut jika sang pilot tidak disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) OPM, tapi melarikan diri setelah diancam saat pesawat yang diawakinya diduga dibakar kelompok tersebut.
“Kami sampaikan bahwa, Panglima TNI adalah pembohong besar, karena TPNPB sudah mengakui bertanggungjawab atas bakar pesawat dan sandera Pilot Susi Air yang berwarga negara Selandia Baru, dan kami tepati janji kami dan bertanggungjawab secara politik,” tegasnya.
Sebby juga mengatakan, jika Pilot tersebut merupakan jaminan negosiasi politik antara TPNPB dan Indonesia.
“Karena ini isu politik, Pilot New Zealand jadi jaminannya,” ucapnya.
Dalam sebuah keterangan video, Philips Mark Mehrtens pilot Susi Air berkebangsaan New Zealand itu menyebut bahwa Indonesia harus mengakui Papua Merdeka.
Sementara masih dalam video yang diterima Jubi, Egianus Kogeya juga menyebut bahwa pihaknya saat ini telah menyandera Pilot asal Selandia baru, sebagai jaminan agar Papua (dapat) merdeka.
“Saya harus lepas pilot ini kalau Papua harus lepas, jadi negara (Indonesia) harus mengaku bahwa Papua merdeka. Kami Papua sudah lama merdeka,” ungkapnya.
Sebelumnya, pekan lalu Panglima TNI Yudo Margono mengatakan, Distrik Paro (tempat terjadinya pembakaran dan penyanderaan) tidak termasuk dalam wilayah rawan gangguan keamanan sehingga Susi Air melakukan penerbangan karena dirasa aman, namun ternyata terjadi gangguan keamanan.
Bandara tersebut, kata Yudo, tidak pernah digunakan untuk melaksanakan penerbangan. Tetapi pihak Susi Air menggunakan bandara tersebut sebagai rute penerbangannya.
“Mungkin itu sudah rute penerbangan mereka. Sebenarnya dari awal sudah kami larang waktu itu untuk laksanakan terbang, ternyata mereka paksakan ternyata di daerah itu ada kerawanan,” kata Yudo. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!