Jayapura, Jubi – Peace Literacy Institute Indonesia atau PLII bekerjasama dengan dengan Baptis World Allience atau BWA menggelar nonton barang film Gandhi di Kota Jayapura, pada Senin (10/4/2023). Melalui nobar ini diharapkan dapat menginspirasi gerakan perdamaian di Tanah Papua.
Acara nonton bareng film Gandhi diikuti berbagai kalangan mulai dari anak-anak, pemuda, hingga orangtua. Acara nobar diawali dengan pelepasan tiga burung merpati sebagai simbol memulai gerakan perdamaian di Tanah Papua, dan acara nobar itu ditutup dengan diskusi bersama seputar gerakan Gandhi.
Film Gandhi berdurasi hampir tiga jam itu mengkisahkan perjuangan Gandhi dalam menunutut hak-hak bangsanya dengan jalan kampanye anti kekerasan. Gerakan anti kekerasan itu dikampanyekan melalui ajaran Ahimsa, Hartal, Swadesi, dan Satyagraha.
Kampanye itu ditujukan sepenuhnya untuk menghentikan penjajahan Inggris di India. Gerakan anti kekerasan Gandhi ini mendapat ancaman dan ia sempat di penjarakan pihak Inggris, namun ia tidak pernah menyerah.
Kegigihan Gandhi akhirnya berbuah hasil atas kemerdekaan India. Akan tetapi Gandhi harus membayar dengan nyawanya. Ia mati ditembak oleh seorang nasionalis Hindu karena dianggap terlalu berpihak pada kaum muslim.
Deputi Program Peace Literacy Institute Indonesia atau PLII, Agus Khudlori, dalam sambutan menyatakan sosok Gandhi telah menjadi ikon gerakan perdamaian di dunia. Agus berharap melalui film Gandhi dapat menjadi inspirasi bagi semua orang untuk mewujudkan perdamaian di Tanah Papua.
“Kita bisa mencontoh dan meneladani karakter yang ada dalam diri Gandhi. Memperjuangkan kemerdekaan India dengan cara-cara yang damai. Kalau di Indonesia kita bisa contohi sosok Gus Dur,” kata Agus.
Agus menyatakan perdamaian merupakan hak asasi semua umat. Ia menyatakan tanpa perdamaian manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Ia mengajak agar semua pihak bersama-sama menjaga perdamaian di dunia, Indonesia, dan secara khusus di Tanah Papua.
“Bayangkan dunia tidak ada damai. Kita tidak mau beribadah tidak bisa, belajar tidak bisa, hingga ekonomi lumpuh. Tugas kita semua menjaga perdamaian itu,” ujarnya.
Ketua Pemuda Baptis se-dunia Perwakilan Indonesia dari Papua, Pares Wenda, menyatakan tugas berat untuk membangun perdamaian di Tanah Papua.
Walupun berat, Wenda menyatakan narasi perdamaian harus dimulai dibangun dari dalam diri sendiri, dalam kelompok, Papua, secara nasional hingga internasional.
“Harus kita lakukan karena tentu kita tau bersama terus terjadi konflik [di Papua]. Semua orang perlu berbicara perdamaian,” ujarnya.
Wenda menyatakan komunikasi tentang perdamaian perlu dibangun bersama-sama. Wenda menyatakan film Gandhi ini sangat penting karena diharapkan melahirkan figur yang konsen membicarakan perdamaian.
“Semoga perjuangan Gandhi menjadi inspirasi proses perdamaian di Papua. Semoga suara dari ufuk timur Papua membawa terang perdamaian,” katanya. (*)