Jayapura, Jubi – Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Abdul Majid, minta siswa agar tidak terprovokasi dengan berita hoax atau bohong karena menimbulkan kegaduhan.
“Ya, saya mengimbau kepada anak-anakku peserta didik jenjang SMA/SMK maupun SMP jika ada informasi yang kebenarannya itu masih meragukan jangan bertindak,” ujar Abdul Majid di aula SMP Negeri 9 Jayapura, Rabu (13/9/2023).
Berita hoax atau bohong, dikatakannya, adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar adanya. Tujuan dari berita bohong adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, nyaman, dan kebingungan.
“Karena sudah terprovokasi dengan informasi-informasi hoax. Oleh karena itu, saya meminta kepada anak-anakku siswa-siswi di Kota Jayapura agar jangan mudah terprovokasi dengan informasi yang sebenarnya belum tentu benar,” ujarnya.
Abdul Majid mencontohkan kejadian yang menimpa SMK Negeri 3 Teknologi dan Rekayasa Jayapura dengan SMA Negeri 1 Jayapura, di mana peserta didiknya saling serang.
“Dengan peristiwa hari Senin sore itu menjadi perhatian kita semua dan ternyata setelah kami duduk diskusi dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 maupun SMK Negeri 3 Jayapura, ternyata informasi adalah sifatnya provokatif,” ujarnya.
Abdul Majid berpesan kepada peserta didik agar merawat Kota Jayapura sehingga bisa melakukan aktivitas pendidikan dengan aman, damai, dan nyaman terutama dalam proses belajar mengajar.
“Anak-anakku peserta didik yang ada di Kota Jayapura jangan mudah provokasi. Percayakanlah, bapak ibu guru dan kepala sekolah menjadi perwakilan orang tua kita, jangan mengambil tindakan sendiri yang nanti akan merugikan diri kita sendiri,” ujarnya.
“Selain merugikan peserta didik tapi juga kepala sekolah kena imbasnya. Permasalahan antara SMK Negeri 3 Teknologi dan Rekayasa Jayapura dan SMA Negeri 1 Jayapura sudah ditangani dengan baik,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala SMP Negeri 9 Jayapura, Anggoro Subiakto, mengatakan menekankan pendidikan karakter kepada peserta didiknya, baik berperilaku baik, sopan, menghargai sesama teman, dan menghargai teman yang lebih tua, menghargai bapak ibu guru, dan menghargai orang tua di rumah.
“Pengaruh-pengaruh dari luar itu yang membuat mereka terpancing emosinya. Walaupun kita sudah berikan pendidikan karakter di sekolah. Kita upayakan kalau bisa jangan sampai terpancing kalau ada info-info dari luar agar tidak terjadi tawuran,” ujarnya.
Anggota berharap peserta didik tidak mudah mempercayai informasi yang belum tentu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tidak menghambat atau menggunakan proses belajar mengajar di sekolah. (*)