Jayapura, Jubi – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Balai Guru Penggerak Papua menggelar lokakarya 7 untuk program pendidikan guru penggerak atau PPGP angkatan 6, dengan tema “panen hasil belajar”.
Kegiatan dilaksanakan 14-15 April 2023, bertempat di aula Universitas Yapis Papua, yang diikuti oleh 40 calon guru penggerak dan 10 pengajar praktik baik. Kegiatan ini dihadiri oleh Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey, kepala sekolah, pengawas sekolah, Plt kepala dinas pendidikan, Abdul Majid
Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey mengatakan Guru Penggerak disiapkan untuk mendidik siswa di masa kini, sehingga guru penggerak harus dibekali dengan kemampuan menguasai proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa.
“Guru penggerak berperan penting memajukan pendidikan di Kota Jayapura. Mari bersama-sama bersinergi meningkatkan kualitas guru terutama menyukseskan merdeka belajar,” ujarnya.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Abdul Majid mengatakan pendidikan yang baik dapat mengubah pendidikan menjadi lebih berkualitas dan berdaya saing, sehingga guru harus memiliki pengetahuan, kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
“Menjadi guru yang diharapkan dapat berdaya dan memberdayakan sesuai lima karakter, yaitu berjiwa nasionalis, berbakat kritis, pemelajar, profesional, dan berorientasi pada peserta didik,” ujarnya.
Abdul Majid menambahkan, program guru penggerak diluncurkan dengan tujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan masa depan yang mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan pro aktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid.
“Program guru penggerak didesain untuk mendukung hasil belajar yang implementatif berbasis lapangan dengan menggunakan pendekatan andragogi dan blended learning selama enam bulan,” jelasnya.
Kepala BGP Papua, Fatkurohmah menambahkan kegiatan PPG dilaksanakan menggunakan metode pelatihan, dalam jaringan atau daring, lokakarya, dan pendampingan individu. Proporsi kegiatan, yaitu 70 persen belajar di tempat kerja, 20 persen belajar bersama rekan sejawat, dan 10 persen belajar bersama narasumber.
Khusus untuk kegiatan lokakarya, lanjutnya, dilaksanakan satu kali setiap bulannya selama enam bulan, dengan tema yang berbeda dan bertahap, dimulai dengan pengenalan ekosistem belajar sampai dengan pembuatan rencana kerja gerak guru penggerak.
“Guru penggerak adalah calon pemimpin pembelajaran di masa depan, guru yang memiliki motivasi yang tinggi daya juang dan memiliki kemampuan untuk meningkatkan kompetensi dirinya agar mampu melayani pembelajaran di kelas menjadi lebih baik,” jelasnya (*)