Jayapura, Jubi – Para pasien yang hendak berobat di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura atau RSUD Jayapura di Kota Jayapura, Papua, harus kecewa dan pulang karena tidak bisa menemui dokter spesialis dan subspesialis. Para dokter spesialis dan subspesialis RSUD Jayapura masih mogok kerja untuk menuntut Tambahan Penghasilan Pegawai atau TPP dibayar penuh.
Salah satu kerabat pasien RSUD Jayapura pada Jumat (1/9/2023), Hardi (64) mengaku tidak mengetahui apabila dokter spesialis dan subspesialis RSUD Jayapura tidak memberikan pelayanan di poliklinik. Padahal ia berangkat dari Arso 2, Kabupaten Keerom, Papua, sejak pukul 05.30 WP.
Ia mengatakan saat mengantre petugas Poliklinik tidak memberitahu dirinya bahwa dokter spesialis dan subspesialis sedang mogok kerja. “Tadi di [Poliklinik] tidak bilang dokter mogok. Jadi Saya tidak tahu,” kata Hardi saat ditemui di RSUD Jayapura, pada Jumat pagi.
Ia hendak berkonsultasi dengan dokter gizi terkait makanan bagi istrinya, Rukila. Hardi mengaku kecewa lantaran dokter spesialis gizi yang hendak ditemui tidak ada di klinik. “Ruangnya kosong blong, tidak ada orang,” ujarnya.
Hardi mengatakan istrinya sudah tiga bulan menderita sakit ginjal. Ia disarankan dokter spesialis urologi untuk berkonsultasi dengan dokter gizi terkait asupan makan bagi istrinya.
“Mau konsultasi ke dokter gizi. Kan istri saya kena ginjal. Otomatis pola makan harus diatur bagus. Yang tahu kan dokter gizi. Istri saya ditangani dokter ginjal dan dokter gizi. Tetapi kan dokter ginjal tidak berani merekomendasikan makan ini atau minum itu,” ujarnya.
Hardi mengatakan agar persoalan tuntutan pembayaran TPP dapat dikomunikasikan dengan baik antar para dokter dan Pemerintah Provinsi Papua. Walaupun demikian ia berharap para dokter itu tetap melayani pasien.
“Sesuai dengan ketentuan harus dibayarkan. Cuma kalau memang duit belum ada, bisa dikomunikasikan dulu. Ini kan mogok, kasihan masyarakat yang sakit mau kontrol berobat tidak bisa. Harapannya tetap dilayani,” katanya.
Hardi akhirnya berencana untuk pergi ke RS Dian Harapan, untuk berkonsultasi dengan dokter gizi di sana. “Saya mau ke RS Dian Harapan saja lah,” ujarnya.
Sejak pukul 07.00 WP, Eta Demetouw (63) sudah mengantre di Poliklinik RSUD Jayapura. Ia berencana kontrol rutin sakit jantung dan paru, setelah sempat dirawat di RSUD Jayapura minggu lalu.
“[Saya] sempat diopname [dirawat di RSUD Jayapura] dan diperiksa ada komplikasi sakit jantung dan paru-paru,” ujar warga yang datang dari Depapre, Kabupaten Jayapura, itu saat ditemui di ruang Poliklinik RSUD Jayapura pada Jumat pagi.
Demetouw mengaku sudah seminggu kesulitan buang air besar. Ia mengatakan pada Kamis (31/8/2023) sempat datang ke RSUD Jayapura akan tetapi tidak ada pelayanan dokter spesialis dan subspesialis di poliklinik.
“[Saya] makan bagus, tetapi tidak bisa buang air besar. [Kamis] kemarin [saya] datang [ke RSUD Jayapura] jam 07.30 WP, tapi [terpaksa] pulang. Sudah di dalam [ruang poliklinik] tetapi disuruh pulang,” katanya.
Salah satu perawat di klinik paru mengatakan dokter spesialis dan subspesialis tidak melakukan pelayanan bagi pasien. Pelayanan di klinik Paru dibuka setiap Senin, Rabu dan Kamis. Ia mengaku dokter spesialis paru sudah tidak melayani sejak 28 Agustus 2023.
“Seperti ini sudah karena tuntutan TPP belum ada jawaban. Dokter spesialis mulai Senin sudah tidak melayani pasien paru. Kita cuma ada dokter asisten [tapi dia layani hari Kamis] belum ada pelayanan karena menunggu kepastian jawaban dari kantor Gubernur Papua,” ujarnya saat ditemui di Klinik Paru RSUD Jayapura.
Kerabat pasien yang lain, Meka juga tidak bisa bertemu dengan dokter spesialis urologi. Ia sudah dua hari ke RSUD Jayapura untuk menemani ayahnya kontrol usai pengobatan batu ginjal. Ia mengatakan tidak dapat bertemu dengan dokter spesialis urologi. “Kemarin datang tetapi tidak ada pelayanan [dokter spesialis],” ujarnya.
Ayah Meka disarankan untuk berkonsultasi dengan perawat dan asisten dokter spesialis urologi. “Ini kan kontrol rencananya mau lepas selang, tetapi dari kemarin tidak ada pelayanan. [Hari ini kembali lagi] mau konfirmasi asisten dokter,” katanya.
Pada Jumat, klinik bedah di lantai 2 Gedung Instalasi Rawat Jalan RSUD Jayapura pun tampak sunyi. Tidak ada perawat yang berjaga di meja konsultasi. Seorang perawat yang ditemui di ruang bedah menolak berkomentar. “Seperti yang [tertera] pemberitahuan di luar [saja],” ujarnya.
Salah satu petugas Poliklinik RSUD Jayapura menyatakan setidaknya ada 61 dokter spesialis dan subspesialis yang bekerja di RSUD Jayapura, namun mereka tidak memberikan pelayanan sejak Kamis. “[Pasien] tetap dilayani [di Poliklinik], tetapi tidak tidak dilayani dokter spesialis dan subspesialis,” katanya.
Ia mengaku tidak mengetahui sampai kapan para dokter spesialis dan subspesialis mogok kerja. Menurutnya, para pasien Poliklinik RSUD Jayapura dilayani sama perawat dan dokter umum. “Hanya dokter umum yang bertugas,” ujarnya. (*)