Jayapura, Jubi – Tambang Panguna di Daerah Otonomi Bougainville adalah tambang tembaga besar yang terletak di Bougainville, Papua Nugini. Panguna mewakili salah satu cadangan tembaga terbesar di Papua Nugini dan di dunia. Tambang ini diperkirakan memiliki cadangan satu miliar ton bijih tembaga dan 12 juta ons emas.
Akibat konflik dan perang saudara berkepanjangan karena tuntutan kemerdekaan dari Bougainville membuat tambang tersebut ditutup sejak 1989 dan seluruh produksi dihentikan.
Kini di era 2024 usai referendum di Bougainville ada sebuah perusahaan pertambangan Kanada, Island Passage Development Canada Limited (IPDC) sedang melakukan program eksplorasi pertambangan di Bougainville. Demikian dikutip jubi.id dari www.rnz.co.nz, Senin (6/5/2024).
Dikatakan, anak perusahaannya, Island Passage Development Limited, memiliki izin eksplorasi untuk sebuah lokasi di tengah pulau utama di wilayah otonomi Papua Nugini.
Perusahaan itu bekerja sama dengan perusahaan lokal, Isina Resources, menjelajahi lokasi seluas 261 kilometer persegi di tengah selatan Bougainville di Crown Prince Range, dekat dengan tambang utama di Panguna.
Perusahaan mengatakan ini menandai program eksplorasi mineral skala besar pertama di Bougainville di luar pengembangan Panguna sejak 1965.
Ahli geologi Indonesia ikut eksplorasi
Perusahaan memulai program eksplorasi pada Maret dengan tim yang dipimpin beberapa ahli geologi Indonesia yang berpengalaman di pulau tersebut. Para ahli itu sangat berspesialisasi dalam geologi tembaga porfiri dan eksplorasi di medan dan iklim serupa di sekitar cincin api.
Ahli geologi perusahaan didukung tim yang terdiri lebih dari 30 warga Bougainville yang telah menjalani pelatihan operasi lapangan.
Kepala eksekutif IPDC Donald McInnes mengatakan dunia sedang mengejar pasokan baru logam penting dan berharga dan permintaan mendorong emas dan tembaga ke level tertinggi baru.
Ia mengatakan mereka berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemilik tanah adat Bougainville melalui kemitraan inovatif untuk menilai kembali potensi mineral Bougainville dan memberikan masa depan yang berkelanjutan.
Penambangan tanpa rumah petak
Dewan Eksekutif Bougainville telah menyetujui 21 Oktober sebagai tanggal yang ditetapkan untuk menghentikan pengaturan transisi pertambangan tanpa adanya lahan petak.
Menurut Pasal 369 Undang-Undang Pertambangan Bougainville, seseorang warga Bougainville boleh, tanpa menjadi pemegang izin pertambangan, melakukan aktivitas penambangan yang mengharuskan orang tersebut menjadi pemegang izin pertambangan yang relevan, kata pemerintah Bougainville dalam sebuah pernyataan.
Namun, keputusan pemerintah berarti bahwa setelah berakhirnya tanggal yang ditentukan, aktivitas penambangan apa pun yang dilakukan oleh warga Bougainville tanpa izin mineral akan dianggap tidak sah menurut hukum dan akan dikenakan pelanggaran dan sanksi sesuai ketentuan hukum.
Ketentuan hukuman dan pelanggaran mencakup ketentuan untuk penambangan tidak sah, peralatan tidak sah, dan kepemilikan mineral secara tidak sah.
Pelanggar juga akan menghadapi risiko emas dan peralatan pertambangan mereka disita dan diserahkan kepada Pemerintah Bougainville.
Presiden dan menteri yang bertanggung jawab atas sumber daya mineral dan energi, Ismail Toroama mengimbau para pemangku kepentingan untuk mendukung pemerintah menuju praktik sektor pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
“Hal ini termasuk mencegah praktik pertambangan skala kecil yang tidak berkelanjutan dan memberikan dukungan kepada penambang skala kecil untuk bekerja di lingkungan yang lebih terstruktur dan diatur,” ujarnya.
Ia mengatakan ingin memitigasi dampak negatif sosial, ekonomi, dan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas penambangan tidak sah. Kapasitas peraturan dan penegakan hukum diperkuat untuk mencapai hal itu.
Tambang Bougainville didirikan 1969
Jauh sebelum Kemerdekaan Papua New Guinea (PNG) 16 September 1975, perusahaan tambang di Bougainville telah beroperasi sejak 1969.
Mengutip https://en.wikipedia.org/ penemuan deposit bijih tembaga dalam jumlah besar di kawasan Bougainville mengarah pada pendirian tambang tembaga pada 1969 oleh Bougainville Copper Ltd (BCL), sebuah anak perusahaan dari Australia Conzinc Rio Tinto dari Australia.
Selanjutnya tambang ini mulai berproduksi pada 1972 dengan dukungan Pemerintah Nasional Papua Nugini sebagai pemegang saham 20 persen. Sebaliknya, masyarakat Bougainville menerima 0,5–1,25 persen bagian dari total keuntungan.
Pada saat itu, lokasi tersebut merupakan tambang tembaga dan emas terbuka terbesar di dunia, yang menghasilkan 12 persen PDB PNG dan lebih dari 45 persen pendapatan ekspor negara tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari tambang tersebut membantu mendanai Kemerdekaan Papua Nugini dari Australia pada 16 September 1975.
Penambangan di Panguna mencakup pembuangan tailing secara langsung ke anak-anak sungai Jaba. Tambang tersebut menyebabkan masalah lingkungan yang parah di pulau itu dan perusahaan tersebut bertanggung jawab atas keracunan di sepanjang Sungai Jaba. Keracunan menyebabkan cacat lahir serta punahnya rubah terbang di pulau tersebut.
Bougainville Copper telah menerapkan sistem segregasi rasial di pulau tersebut dengan satu set fasilitas untuk pekerja kulit putih dan satu set untuk penduduk lokal. Hal itu menyebabkan pemberontakan pada 1988 yang dipimpin Francis Ona, pemilik tanah Panguna dan komandan Tentara Revolusioner Bougainville (BRA).
Akibat dari pemberontakan tersebut konflik Bougainville terjadi antara BRA, yang berupaya memisahkan diri dari PNG, dengan Angkatan Pertahanan Papua Nugini. Konflik sepuluh tahun tersebut mengakibatkan lebih dari 20.000 kematian, serta penutupan tambang pada 15 Mei 1989 dan penarikan seluruh personel BCL pada 24 Maret 1990. Tambang tersebut tetap ditutup hingga hari ini.
Pada Juni 2016, Rio Tinto melepaskan perannya dengan mendivestasi kepemilikannya di pertambangan tersebut kepada pemerintah pusat dan daerah. Pada 2020, Pusat Hukum Hak Asasi Manusia mengajukan keluhan kepada Pemerintah Australia mengenai dampak buruk tambang terhadap lingkungan dan hak asasi manusia. (*)
Discussion about this post