Jayapura, Jubi – Pada 1 Maret 1954, pemerintah AS meledakkan senjata termonuklir di Bikini Atoll di Kepulauan Marshall – dengan nama sandi ‘Castle Bravo’.
Uji coba nuklir tersebut dinilai seribu kali lebih dahsyat dibandingkan bom atom AS yang dijatuhkan di Hiroshima.
“Tahun ini menandai peringatan 70 tahun Tes Bravo dan negara kepulauan tersebut akan mengadakan upacara untuk memperingati hari tersebut,” demikian dikutip Jubi dari rnz.co.nz, Sabtu (2/3/2024).
Ini juga merupakan hari bagi generasi muda di Kepulauan Marshall untuk belajar tentang 67 uji coba nuklir AS yang dilakukan antara tahun 1946 dan 1958.
Koresponden Kepulauan Marshall untuk publikasi Islands Business, Nic Maclellan, berbicara dengan pembawa acara Pacific Waves, Susana Suisuiki.
Setelah memperoleh kendali militer atas Kepulauan Marshall dari Jepang pada 1944, AS mengambil alih kendali administratif atas Kepulauan Marshall di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai bagian dari Wilayah Perwalian Kepulauan Pasifik setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Kepulauan Marshall menandatangani Perjanjian Asosiasi Bebas dengan Amerika Serikat pada tahun 1983 dan memperoleh kemerdekaan pada 1986 dengan berlakunya Perjanjian tersebut. Dari 1999-2003, kedua negara merundingkan Amandemen Perjanjian yang mulai berlaku pada 2004.
Mengutip state.gov disebutkan pada 16 Oktober 2023, Amerika Serikat dan Republik Kepulauan Marshall menandatangani tiga perjanjian terkait Perjanjian Asosiasi Bebas AS-Republik Kepulauan Marshall (RMI): (1) Perjanjian untuk Mengubah Perjanjian, sebagaimana Telah Diubah, (2) Perjanjian Prosedur Fiskal yang baru, dan (3) Perjanjian Dana Perwalian yang baru.
Kesimpulan dari perjanjian ini menegaskan kemitraan yang erat dan berkelanjutan antara Amerika Serikat dan RMI. (*)