Jayapura, Jubi – Menteri Luar Negeri (Menlu) sementara Vanuatu, Matai Seremaiah, mengatakan skema mobilitas tenaga kerja regional berdampak pada industri kava lokal.
Banyaknya pekerja Ni-Vanuatu yang direkrut untuk pekerjaan musiman di luar negeri itu telah mengurangi tenaga kerja lokal yang tersedia untuk budidaya kava.
“Masyarakat, sebagai petani, perlu tahu bahwa ada pasar sehingga mereka bisa menanam,” katanya kepada rnz.co.nz yang dikutip jubi.id Senin (2/12/2024)
“Namun, agar penanaman dapat terus berlanjut, kami juga membutuhkan tenaga kerja. Jika kami terus mengekspor tenaga kerja ke luar negeri, hal ini akan membawa tantangan besar lainnya bagi produksi kava oleh petani lokal,” tambahnya.
Menurut sebuah analisis, Vanuatu, bersama dengan Samoa dan Tonga, merupakan penyedia tenaga kerja terkemuka berdasarkan kebijakan kerja Pemberi Kerja Musiman yang Diakui (RSE) Selandia Baru.
Sebanyak 16.250 individu dari Vanuatu telah berpartisipasi dalam skema RSE antara 1 Juli 2007 hingga 30 Juni 2022.
Vanuatu juga merupakan salah satu negara pengirim tenaga kerja terbesar di bawah skema Mobilitas Tenaga Kerja Pasifik Australia (PALM), yang telah mengirimkan lebih dari 6.200 pekerja antara Juni 2019 hingga Mei 2024.
Vanuatu Daily Post melaporkan para eksportir juga telah menyatakan kekhawatiran tentang pasokan yang tidak mencukupi, dengan mengatakan permintaan kava telah mencapai tingkat rekor pada tahun 2024.
Diskusi panel di Festival Kava baru-baru ini mengangkat pertanyaan apakah pemerintah harus mempertimbangkan kembali posisinya mengenai keterlibatan asing mengingat tantangan ini.
Kebijakan saat ini mencegah investor asing memasuki sektor kava untuk melindungi petani lokal. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!