Jayapura, Jubi – Tiga puluh tahun mengikuti jejak ayahnya telah membuahkan hasil bagi petani vanili Fiji, Manasa Waqa. Dia berhasil meraih penghargaan petani vanilla terbaik 2023 di Fiji.
“Berasal dari Kampung Vunisea di Distrik Tokaimalo, Ra. Pria berusia 62 tahun ini memenangkan penghargaan Vanilla Farmer of the Year pada Pameran Pertanian Nasional 2023 di Suva,” demikian dikutip Jubi dari fijitimes.com.fj, Kamis (4/1/2023).
Kebun milik Manasa Waqa berada di lahan seluas 6,4 hektar yang ia gunakan untuk menanam vanili, kakao, dan peternakan lebah.
Petani tersebut memiliki total 406 pohon kakao di lahannya dan delapan kotak lebah madu super ganda.
Pada Desember, ia memanen total 35 liter madu yang ia pasok kedua pasar utamanya.
Perjalanannya dalam bertani vanili dimulai setelah menyelesaikan sekolah menengahnya. Kemudian ia kembali ke desanya dan merambah ke pertanian dalo, yaqona, dan singkong.
Ide untuk kembali bertani vanili muncul setelah ia mengikuti pelatihan pada tahun 1993 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian di Desa Naiserelagi, Nadi.
“Saya yakin untuk memulai kembali pertanian vanili karena ini bukanlah hal baru bagi saya karena saya mengetahui dan memahami trik dan perdagangan pertanian vanila melalui mendiang ayah saya,” kata Waqa.
“Saya tidak menyia-nyiakan satu momen pun setelah pelatihan itu dan mulai dengan 15 tanaman merambat vanilla.”
Manasa Waqa mengatakan dia kemudian memperluas lahan pertaniannya dengan menanam lagi 30 tanaman merambat dan setelah 3 tahun dia akhirnya memanen dan menjual vanili miliknya ke Spices of Fiji Ltd dengan harga $40 per kilogram.
Dia mengatakan harga secara bertahap naik hingga $150 per kilogram. Namun setelah menghabiskan banyak waktu di pertanian vanili miliknya, uang yang dia peroleh tidaklah cukup.
Setelah melalui banyak ketekunan, Waqa kini membayar dividen yang sangat besar karena ia saat ini memasok vanila ke pembeli di Selandia Baru dengan harga $500 per kilogram.
“Saya orang yang bahagia karena semua upaya yang dilakukan dalam budidaya vanili membuahkan hasil.”
Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun dalam pertanian vanili, ia juga menghabiskan waktunya mengajar mahasiswa perguruan tinggi dan petani yang tertarik mulai dari penanaman hingga tahap penyerbukan vanili.
Waqa mengatakan uang yang diperoleh dari pertanian vanili membantu menyekolahkan anak-anaknya, membangun dan melengkapi rumahnya di desa, dan membangun kembali rumahnya setelah rusak akibat Topan Tropis Winston pada tahun 2016.
Ia mengaku beruntung bisa dibantu dengan gudang pengeringan vanili dan peralatan pengawetan vanila yang merupakan bagian dari program pertanian vanili Kementerian Pertanian dan Perairan tahun 2019-2020.
Saat ini ia merupakan salah satu dari 25 petani vanili yang sudah mapan di provinsi Ra dan ia berencana untuk memperluas perkebunan vanila miliknya.
Waqa mendorong para petani di provinsinya untuk bertani vanili karena hal ini akan memberikan pendapatan bagi keluarga mereka. (*)