Jayapura, Jubi – Jam malam telah diberlakukan pada akhir pekan di Kampung Yaté (Tenggara pulau utama Kaledonia Baru) setelah bentrokan kembali terkait lahan antara komunitas yang bersaing telah menyebabkan dua orang tewas dan empat orang terluka parah.
Perkelahian baru antara klan yang bersaing terjadi pada Sabtu (17/2/2024) malam, saat kampung tersebut merayakan Festival Yam, lapor lembaga penyiaran publik Nouvelle-Calédonie la 1ère.
“Tragedi ini digambarkan sebagai episode lain dari pertikaian lahan yang sudah berlangsung lama antara dua komunitas Kanak dalam suku Touaouro,“ demikian dikutip Jubi dari rnz.co.nz, Senin (19/2/2024).
“Polisi Prancis telah mengirim bala bantuan (termasuk kendaraan lapis baja) pada Minggu (18/2/2024) dan tujuh orang sejauh ini telah ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan yudisial yang mendesak atas pembunuhan,” kata Jaksa Penuntut Umum Nouméa, Yves Dupas, dalam rilisnya.
Dia menambahkan bahwa dua pria berusia 48 dan 57 tahun telah ditembak mati di bagian dada. Empat orang lainnya terluka dan menderita luka yang kadang-kadang disebabkan oleh parang.
Jam malam dari senja hingga fajar (mulai pukul 18.00 hingga 06.00) akan tetap berlaku hingga Kamis, 22 Februari, kata Komisaris Tinggi Prancis, Louis Lefranc, dalam rilisnya pada Minggu (18/2/2024).
“Penjualan alkohol dan pengangkutan segala jenis senjata dan amunisi juga dilarang dan pasukan keamanan Prancis akan tetap dikerahkan di lokasi tersebut hingga 3 Maret,” tambahnya.
Kecaman dengan suara bulat
Lefranc juga mengutuk tindakan “yang sangat serius” tersebut dan menyerukan “solusi cepat untuk mengatasi konflik klan ini”.
Perseteruan ini diyakini telah dimulai lebih dari satu tahun yang lalu antara dua marga di kampung yang sama.
Sejak saat itu, ketegangan meningkat hingga salah satu marga memberikan ultimatum kepada kelompok lainnya untuk meninggalkan lahan sengketa yang diklaim oleh keduanya.
Pada akhir 2023, serangkaian kekerasan yang terjadi sebelumnya antara kedua klan menyebabkan penangkapan dan beberapa orang dijatuhi hukuman penjara jangka pendek.
“Selama beberapa hari terakhir, beberapa upaya untuk melakukan mediasi (terkadang melibatkan Presiden pemerintah daerah, Louis Mapou, yang berasal dari Yaté) telah dilakukan untuk meredakan ketegangan, namun sejauh ini tidak berhasil,“ kenang Dupas dalam rilis persnya.
Mapou juga menyebut tindakan ini ‘tidak dapat diterima’ dan ‘tidak dapat ditoleransi’.
Kaledonia Baru sungguh tak tertahankan melihat kekerasan sebesar ini. Ia juga mengatakan kepada televisi publik, menyerukan ‘masyarakat Kanak’ untuk ‘bersatu’.
“Masyarakat Kanak harus menemukan cara adat yang biasa menjadi landasan sistem tradisional kita,” tambahnya.
“Asal mula konflik ini tidak bisa dijadikan alasan untuk membenarkan jumlah orang yang terluka dan kematian dua ayah. Oleh karena itu saya menyerukan kepada semua klan dan kepala adat untuk bertindak secara bertanggung jawab dan berupaya untuk kembali ke perdamaian,” kata Mapou dalam rilisnya.
Mapou mengatakan semua keputusan yang dibuat oleh otoritas Prancis dalam beberapa jam terakhir “telah dibuat melalui konsultasi erat dengan pemerintah (Kaledonia Baru) yang saya pimpin sehingga kita dapat mengembalikan perdamaian”.
Di kota kecil berpenduduk 1.600 jiwa itu, semua sekolah tetap ditutup pada Senin (19/2/2024)
Yate menempati seluruh titik tenggara Kaledonia Baru dan dihuni oleh empat suku. Kampung Yate sangatlah kecil dan terletak di ujung muara sungai Yate yang memiliki waduk terbesar di Kaledonia Baru.
Yate terkenal dengan perjalanan ikan paus yang bertepatan dengan persiapan musim ubi dan waktu panen ubi diumumkan dengan nyanyian jangkrik pertama. (*)
Discussion about this post