Jayapura, Jubi – Bencana alam telah mengakibatkan kerugian aset tahunan rata-rata di Fiji sebesar lebih dari $500 juta – setara dengan lebih dari lima persen PDB, yang menggarisbawahi perlunya infrastruktur yang lebih tangguh.
Demikian pesan dari Kementerian Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Komunikasi kepada para peserta pertemuan dua hari mengenai Standar Beban Angin baru Fiji, yang saat ini sedang berlangsung di Suva.
“Sebagai sebuah bangsa, kita telah mengalami beberapa siklon tropis Kategori 4 dan Kategori 5 yang merusak dan menghancurkan dalam lima tahun terakhir,” kata Menteri Tetap Perdagangan Shaheen Ali dalam pidato utamanya demikian dikutip Jubi dari Fijitimes, Rabu (24/1/2024).
“Baru-baru ini di kawasan ini, Topan Tropis Lola melanda Vanuatu dan Topan Tropis Mal melintas dengan sangat berbahaya di dekat barat Fiji,” katanya.
“Bencana-bencana alam ini, yang berada di luar kendali kita, telah mengakibatkan kerusakan harta benda, dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati, serta kematian yang tragis,” tambahnya.
“Bencana-bencana ini juga menimbulkan dampak ekonomi. Kementerian Keuangan memperkirakan rata-rata kerugian aset tahunan sebesar lebih dari $500 juta – setara dengan lebih dari lima persen PDB kita, sebagai kerugian akibat bencana ini,” katanya.
Para pemangku kepentingan di lokakarya ini sedang mengerjakan Standar Beban Angin Fiji yang baru sebagai bagian dari kolaborasi berkelanjutan antara Fiji dan Australia di bawah Kemitraan Vuvale dalam “menyesuaikan Standar Australia dan Selandia Baru untuk kondisi angin Fiji, menyelaraskan desain bangunan secara lebih akurat dengan lingkungan lokal kita, untuk meningkatkan keselamatan dan integritas struktural”.
“Melalui kemitraan ini, khususnya keahlian yang diberikan oleh Cyclone Testing Station di James Cook University (JCU), dan Standards Australia, kami telah menilai data beban angin untuk memastikan bahwa bangunan dirancang untuk menahan kecepatan angin hingga 74 meter per detik — meningkat dari standar sebelumnya sebesar 69 meter per detik,” kata Pak Ali.
Meskipun kepatuhan mungkin berarti biaya pembangunan lebih tinggi, kekhawatiran apa pun perlu diseimbangkan dengan memprioritaskan peningkatan kinerja struktural bangunan yang mampu menahan siklon tropis.
Para pemangku kepentingan diharapkan dapat memberikan rekomendasi mengenai Standar Beban Angin yang optimal untuk memenuhi kebutuhan spesifik Fiji ketika pertemuan berakhir hari ini. (*)
Discussion about this post