Jayapura, Jubi – Nama Chico Jericho Yarangga, pesepak bola muda asal Papua, yang muncul dari putaran nasional kompetisi kelompok umur Piala Soeratin 2023-2024, tentu masih menjaga asa Tanah Papua tidak serta merta meredup yang selalu andal mendapat julukan gudangnya pesepak bola top.
Chico Yarangga memang tidak tampil memperkuat tim asal Papua. Dia sejatinya adalah produk murni dari SSB Nafri asal Kota Jayapura yang kali ini tampil membela Akademi Sepak Bola Intinusa Olah Prima Football Club atau ASIOP FC. Tim yang berdomisili di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Kota Administrasi Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Lalu, siapa wakil Papua di kompetisi junior paling bergengsi ini. Adalah Papua Football Academy atau PFA menjadi representasi bumi Cenderawasih di Piala Soeratin kali ini. PFA merupakan akademi sepak bola binaan PT Freeport Indonesia. PFA bermarkas di Mimika Sport Complex (MSC) di Kota Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Penampilan PFA tidak jelek-jelek amat dalam keikutsertaan perdana mereka di kompetisi Piala Soeratin tahun ini. Para anak-anak yang diasuh pelatih Ardiles Rumbiak itu tampil cukup perkasa sejak babak penyisihan. Namun mereka tidak berdaya sebab langkah mereka terhenti saat tampil di fase gugur.
Tim PFA U-15 kalah di babak 16 besar lewat drama adu penalti (5-6) menghadapi Banten, setelah kedua tim bermain imbang 3-3 di waktu normal pada laga yang berlangsung di lapangan UNY, Wates, Kulonprogo, DI Yogyakarta pada Senin (29/1/2024).
Sebelum tumbang di fase gugur, skuad siswa PFA Timika U-15 itu tampil apik dan tanpa terkalahkan di penyisihan Grup F. Mereka melaju ke babak 16 besar sebagai juara grup dengan hasil sempurna yakni tiga kemenangan beruntun atas Jambi 7-0, Sulawesi Tengah 4-0, dan Bangka Belitung 1-0.
Jejak serupa diikuti tim PFA U-13 harus terhenti di babak 8 besar atau perempat final setelah dikalahkan tim Jawa Timur dengan skor tipis 2-3, yang berlangsung di Lapangan Garudayaksa Football Academy, Setu, Kabupaten Bekasi pada Selasa (30/1/2024).
Sedangkan di kategori U-17, tim Papua yang diwakili Persemi Mimika, juga harus terhenti di babak perempat final setelah dikalahkan Persikopa Padang Pariaman.
“Ini baru pertama kalinya PFA ikut dalam kejuaraan Piala Soeratin. Kami berharap bisa terus mendapatkan dukungan dari masyarakat Papua agar anak-anak kita bisa berkembang dan tidak patah semangat. Apapun hasilnya, ini adalah fase pengembangan untuk siswa PFA,” kata pelatih PFA, Ardiles Rumbiak, kepada Jubi.
Selain wakil dari Papua, ada pula tim asal Papua Barat yang tampil di Piala Soeratin. Sayang nasib mereka tidak sebaik PFA dan Persemi Mimika. Mereka paling awal tersingkir dari babak penyisihan grup.
Kompetisi Piala Soeratin tahun ini serempak mempertandingkan tiga kelompok umur masing-masing jenjang usia (U-13), jenjang usia (U-15) dan jenjang usia (U-17). Seluruh pertandingan Soeratin U-13 berlangsung di Kabupaten Bekasi dan mulai pada Minggu (21/1/2024).
Pada partai puncak atau babak final yang berlangsung di Lapangan 1 Garudayaksa Football Academy, Setu, Kabupaten Bekasi pada Minggu (4/2/2023). Kalimantan Timur tampil sebagai jawara usai mengalahkan DKI Jakarta dengan skor 5-4 dalam drama adu penalti. Pada waktu normal kedua tim berbagi skor 1-1. Peringkat ketiga Jawa Timur yang mengalahkan Jawa Barat dengan skor 2-1.
Kekecewaan tim DKI Jakarta sedikit terobati setelah Chico Jericho Yarangga ditetapkan sebagai best player atau pemain terbaik. Kalimantan Selatan lewat pemainnya Muhammad Taufik tampil menjadi top skor dengan tabungan 6 gol. Kalimantan Timur juga menambah koleksi gelar mereka sebagai tim fair play.
Pada kelompok umur Piala Soeratin U-15, seluruh pertandingan penyisihan berlangsung di Yogyakarta dan Surakarta. DKI Jakarta keluar sebagai juara setelah mengalahkan Jawa Timur dengan skor 2-1 di Lapangan Kotabarat, Surakarta, Jawa Tengah pada Senin (5/2/2024) sore.
Pada kelompok umur Piala Soeratin U-17, Tim DKI Jakarta berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan Sumatera Barat dengan skor 6-4 lewat adu penalti di Stadion Gelora 10 November pada Sabtu (3/2/2024). Peringkat ketiga Jawa Tengah setelah mengatasi Kalimantan Timur dengan skor 3-0.
Gelar tim DKI makin lengkap setelah salah satu pemainnya Pasha Rayhan Kusworo mendapat predikat pemain terbaik. Jawa Tengah juga menambah koleksi gelar setelah M. Mufdi Iskandar yang mencatatkan namanya sebagai top skor dengan tabungan 11 gol.
Ambisi DKI Jakarta untuk memborong semua gelar juara, hanya melesat di kelompok U-13. Ini menjadi pertanda bahwa proses dan jenjang pembinaan pada kelompok umur berjalan efektif. Hal paling mendasar adalah sejumlah kompetisi kelompok usia yang rutin digelar di Jakarta maupun di Pulau Jawa pada umumnya.
“Berbeda di Tanah Papua, tidak ada kompetisi resmi untuk kelompok umur yang rutin. Semua serba mendadak, kompetisi kadang muncul kalau ada hajatan dan kepentingan tertentu,” kata almarhum Rumere, mantan pemain Persikos yang pernah merasakan juara Soeratin.
Anggota Exco PSSI, Muhammad berharap Piala Soeratin akan melahirkan bibit-bibit muda berbakat di sepak bola dan sebagai jembatan untuk pemain muda berkancah di dunia profesional.
“Kompetisi Piala Soeratin itu harapan kita jadi blueprint Garuda Mendunia di tahun 2045, makanya kita itu butuh banyak pemain talenta muda di masa depan,” kata Muhammad menukil laman PSSI.org.
Usai turnamen, Muhammad pun berpesan kepada para pemain.
“Saya berharap, para pemain yang sudah mengikuti turnamen ini, baik yang sudah juara atau sampai final, tidak berhenti sampai di sini. Tetap berlatih, karena ini baru awal dari karir mereka. Saya juga menginginkan, ada pemain-pemain ini nantinya bisa tembus masuk tim nasional. Karena memang di sinilah PSSI ingin terus adanya regenerasi untuk tim nasional sepak bola Indonesia,” katanya.
Setidaknya nama Chico Yarangga yang mulai bersinar sebagai pemain terbaik untuk sementara waktu bisa mengobati minimnya prestasi atau puasa juara yang ditorehkan wakil dari Tanah Papua pada skala nasional.
Papua sewaktu bernama Irian Jaya lewat tim Persikoss Sorong pernah merasakan gelar juara Soeratin pada 1987. Kala itu pada partai final yang berlangsung di Stadion Utama Senayan, Jakarta yang kini berubah nama Stadion Gelora Bung Karno (SGBK) Senayan, Jakarta pada Minggu 22 Maret 1987. Persikoss Sorong menang 1-0 atas Persipas Pangkal Pinang. Gol tunggal penentu kemenangan Persikos Sorong dicetak Martinus Konjol pada menit ke-17.
Chico Yarangga bukan asal muncul sebagai pesepak bola top di masa depan. Dia memang terlahir dari keluarga sepak bola. Ayahnya Chis Leo Yarangga adalah salah satu legenda hidup Persipura. Dia juga telah mengikuti sejumlah kompetisi walau jam terbang masih belum maksimal. Chico pun mengikuti jejak ayahnya yang terkenal memiliki tendangan canon ball atau sepakan melengkung yang mematikan.
Dia tipikal penyerang tapi juga gelandang serang yang haus gol. Chico Yarangga sudah membuktikan itu saat tampil membela ASIOP FC pada tahun 2022 di kompetisi U-12 “Super Mokhcup” di Pahang, Malaysia. Saat itu Chico Yarangga selain menjadi top skor dengan torehan 8 gol. Dia juga mendapat predikat pemain terbaik.
Kelebihan lain yang dimiliki Chico Yarangga, dia punya kepribadian sebagai pemimpin dalam tim. Hal itu sudah dia buktikan saat diberi kepercayaan memimpin rekan-rekannya sebagai kapten tim SSB Nafri U-13 saat tampil mewakili Papua pada ajang Dreams Come True (DCT) KBPP Polri Cup 2022 yang berlangsung di Sidakarya, Denpasar Bali, 10-14 Desember.
“Chico Jericho layak membawa pulang gelar Pemain Terbaik. Dia memiliki visi permainan yang sangat bagus untuk anak seusianya,” ujar Rully Nere selaku TSG (Technical Study Group) Piala Soeratin U13 mengutip Kompas.com.
“Alhamdulillah satu penghargaan individual berupa Pemain Terbaik Piala Soeratin U-13 bisa kami bawa pulang atas nama Chico Jericho. Dia bermain luar biasa sepanjang turnamen, sehingga layak mendapatkannya,” ucap Apridiawan, pelatih ASIOP FC. (*)